BNPT diharapkan segera cegah modus terorisme melalui perempuan
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi III DPR, Eva Yuliana, mengharapkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dapat segera mengatur strategi pencegahan modus operandi terorisme melalui para perempuan di Indonesia.
"Saya berharap BNPT segera mengatur strategi-strategi dalam pencegahan terorisme yang modus operandinya sudah kita tangkap melalui perempuan," ujar dia.
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam podcast bertajuk "Bicara Eksekusi Mati Terpidana Terorisme" yang diunggah di saluran YouTube Humas BNPT dipantau dari Jakarta, Sabtu.
Lebih lanjut, menurut diaa, berdasarkan pandangan psikologis, perempuan cenderung mengutamakan emosi atau perasaannya daripada logika. "Dalam rentang nilai 1 sampai 10, perempuan itu dianggap logikanya 1 dan emosionalnya 9. Sementara itu, laki-laki kerap dianggap emosionalnya 1 dan logikanya 9," kata dia.
Konsep itu, lanjut dia, diterapkan pula dalam modus operandi terorisme. Para anggota kelompok teroris, menurut dia, memengaruhi perempuan dengan pendekatan dari sisi perasaan untuk memaparkan radikalisme sehingga mereka pun dapat terlibat dalam aksi terorisme.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, dia memandang tindakan berupa pencegahan menjadi hal yang perlu diutamakan agar para perempuan di Indonesia tidak terpapar terorisme.
Selama ini, ujar dia, salah satu strategi pencegahan yang telah dilakukan pemerintah, khususnya melalui BNPT, adalah membimbing generasi muda, terutama perempuan, untuk tidak melakukan aksi terorisme.
Ia merasa optimis pemerintah akan terus mengoptimalkan upaya itu. "Saya optimis pencegahan itu akan terus dilakukan, bahkan ditingkatkan oleh pemerintah karena yang harus kita jaga dan rawat adalah generasi muda sebagai aset bangsa," kata dia.
Sebagai aset bangsa di masa depan, lanjut dia, generasi muda memang perlu dilindungi dari pengaruh hal-hal yang tidak diharapkan, terutama terkait radikalisme dan terorisme.
Upaya pencegahan yang difokuskan kepada generasi muda itu, menurut dia, dapat pula dilakukan melalui langkah kecil, seperti bimbingan dari pihak keluarga agar anak-anak mereka menjauhi hal-hal yang berkenaan dengan radikalisme dan terorisme.
Walaupun demikian, ia berharap dimunculkan lebih banyak strategi pencegahan modus operandi terorisme terhadap perempuan.
"Saya berharap BNPT segera mengatur strategi-strategi dalam pencegahan terorisme yang modus operandinya sudah kita tangkap melalui perempuan," ujar dia.
Ia menyampaikan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam podcast bertajuk "Bicara Eksekusi Mati Terpidana Terorisme" yang diunggah di saluran YouTube Humas BNPT dipantau dari Jakarta, Sabtu.
Lebih lanjut, menurut diaa, berdasarkan pandangan psikologis, perempuan cenderung mengutamakan emosi atau perasaannya daripada logika. "Dalam rentang nilai 1 sampai 10, perempuan itu dianggap logikanya 1 dan emosionalnya 9. Sementara itu, laki-laki kerap dianggap emosionalnya 1 dan logikanya 9," kata dia.
Konsep itu, lanjut dia, diterapkan pula dalam modus operandi terorisme. Para anggota kelompok teroris, menurut dia, memengaruhi perempuan dengan pendekatan dari sisi perasaan untuk memaparkan radikalisme sehingga mereka pun dapat terlibat dalam aksi terorisme.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, dia memandang tindakan berupa pencegahan menjadi hal yang perlu diutamakan agar para perempuan di Indonesia tidak terpapar terorisme.
Selama ini, ujar dia, salah satu strategi pencegahan yang telah dilakukan pemerintah, khususnya melalui BNPT, adalah membimbing generasi muda, terutama perempuan, untuk tidak melakukan aksi terorisme.
Ia merasa optimis pemerintah akan terus mengoptimalkan upaya itu. "Saya optimis pencegahan itu akan terus dilakukan, bahkan ditingkatkan oleh pemerintah karena yang harus kita jaga dan rawat adalah generasi muda sebagai aset bangsa," kata dia.
Sebagai aset bangsa di masa depan, lanjut dia, generasi muda memang perlu dilindungi dari pengaruh hal-hal yang tidak diharapkan, terutama terkait radikalisme dan terorisme.
Upaya pencegahan yang difokuskan kepada generasi muda itu, menurut dia, dapat pula dilakukan melalui langkah kecil, seperti bimbingan dari pihak keluarga agar anak-anak mereka menjauhi hal-hal yang berkenaan dengan radikalisme dan terorisme.
Walaupun demikian, ia berharap dimunculkan lebih banyak strategi pencegahan modus operandi terorisme terhadap perempuan.