DKP dorong fortifikasi pangan tekan stunting di Kalteng

id Dkp kalteng, sunarti, fortifikasi pangan, beras fortivit, beras bervitamin, pandemi, covid 19, stunting, kalteng, palangka raya, pangan, pertanian

DKP dorong fortifikasi pangan tekan stunting di Kalteng

Dokumentasi-Penyerahan register produk beras fortivit, Palangka Raya, Kamis, (10/3/2022). (ANTARA/Ho-DKP Kalteng)

Palangka Raya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Ketahanan Pangan (DKP) mendorong fortifikasi produk pangan, salah satunya untuk menekan stunting.

"Terobosan fortifikasi produk pangan seperti pada garam, tepung terigu, minyak dan beras yang dikembangkan sangat bermanfaat meningkatkan kualitas nutrisi di makanan," kata Kepala DKP Kalteng Sunarti di Palangka Raya, Selasa.

Kalteng juga mengembangkan padi kaya gizi melalui Inpari Nutrizinc dalam upaya peningkatan gizi, yang di antara prioritasnya adalah penurunan angka stunting.

Sunarti menjabarkan, belum lama ini Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) Kalteng melalui DKP menerbitkan register produk beras fortivit, atas permintaan dari Bulog Divre Kalteng.

Beras fortivit atau beras bervitamin mengandung sedikit karbohidrat namun kaya kandungan mikronutrien seperti vitamin A, vitamin B1, B3, B6, B12, asam folat, zat besi dan seng (Zn).

"Kandungan ini sangat sesuai dikonsumsi dalam pola gaya hidup sehat yang berkelanjutan dan mengoptimalkan peningkatan imun tubuh," jelasnya.

Wanita yang pernah menjabat Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng ini menyampaikan, gaya hidup sehat berkelanjutan bisa dilakukan dengan mengonsumsi beras fortivit yang merupakan beras sehat, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif referensi masyarakat.

Beras ini dinilai juga sangat bermanfaat dikonsumsi komunitas para nakes yang berjuang sebagai garda terdepan di masa pandemi COVID-19, maupun diberikan kepada ibu hamil untuk mencegah bayi cacat lahir.

"Selain itu, dapat diberikan kepada perempuan usia remaja untuk mencegah anemia dan anak-anak usia pertumbuhan untuk mengatasi stunting atau gagal tumbuh," paparnya.

Menurutnya, salah satu masalah utama di masa pandemi adalah pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, hingga meningkatnya stres pada seseorang.

Berbagai masalah ini perlu mendapat perhatian, karena dapat menyebabkan masalah kurangnya gizi, obesitas, maupun kekurangan zat gizi mikro yang membuat daya tahan tubuh rendah dan mudah terinfeksi.