Uji coba abu batu bara hasil PLTU Pulpis sebagai media tanam

id PLN, PLTU, abu batu bara,PLTU Pupis ,Pulpis,Kalteng

Uji coba abu batu bara hasil PLTU Pulpis sebagai media tanam

PT PLN melakukan uji coba abu batu bara hasil kegiatan PLTU Pulang Pisau sebagai media tanam layaknya campuran tanah dan pupuk. ANTARA/Firman

Banjarbaru, Kalsel (ANTARA) - PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian dan Pembangkitan (UPDK) Palangka Raya, Kalteng, melakukan uji coba abu batu bara hasil kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Pulang Pisau (Pulpis) sebagai media tanam layaknya campuran tanah dan pupuk.

"Penggunaan abu batu bara sebagai media tanam untuk mengubah lahan nonproduktif di sekitar PLTU Pulang Pisau menjadi lahan produktif," kata Manajer Bagian Keuangan dan Umum PLN UPDK Palangkaraya Warto di Banjarbaru, Kalsel, Senin.

Bersama Dinas Pertanian, Polres dan kelompok tani di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah, PLN melakukan uji coba menggunakan tiga komposisi kandungan abu batu bara atau fly ash bottom ash (FABA) yang berbeda yaitu dimulai 37,5 persen, 52,5 persen, hingga 67,5 persen.

Dari hasil penelitian tersebut nantinya diketahui komposisi campuran FABA, tanah, sekam dan kompos yang paling tepat dan sesuai untuk kondisi lahan di sekitar PLTU.

"Beberapa penelitian sebelumnya, karakteristik FABA yang memiliki pH 4,5-12 mampu memperbaiki keasaman tanah sehingga tanah menjadi lebih subur," jelas Warto.

Dia menjelaskan pula kondisi lahan di sekitar lokasi PLTU Pulang Pisau merupakan tanah gambut yang memiliki komposisi yang buruk serta tingkat keasaman tinggi. Hal ini menyulitkan petani untuk dapat memanfaatkannya sebagai lahan pertanian produktif.

PLN berharap setelah didapatkan komposisi campuran yang paling tepat, pihaknya dapat menjalin kerja sama pemanfaatan FABA seluas-luasnya dengan berbagai kelompok tani, TNI/Polri dan pemerintah setempat. Pasalnya, PLTU Pulang Pisau dengan kapasitas 90 megawatt mampu menghasilkan 40 ton FABA per hari.

"Dengan banyaknya lahan yang tidak termanfaatkan di Pulang Pisau, maka penggunaan FABA sebagai media tanam diyakini mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing masyarakat jelas Warto.

Sesuai regulasi, FABA tidak lagi dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), sehingga FABA layak dipandang sebagai sumber daya yang menyimpan potensi dalam memperbaiki lahan nonproduktif dan dapat dimanfaatkan seluas-luasnya untuk berbagai sektor yang menunjang perekonomian masyarakat.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan pemerintah perlu mendata teknologi yang dimiliki oleh setiap unit pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) agar program konversi batu bara ke biomassa atau co-firing berjalan baik.

"Kesuksesan Jepang melakukan uji coba ada yang 100 persen konversi berhasil, ada yang 50 persen dikonversi juga berhasil, ada yang hanya 10 persen, itu sangat tergantung teknologi. Jadi, kami harus mendata dulu teknologi-teknologi yang dipunyai oleh masing-masing PLTU," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.

Rida mengungkapkan bahwa pihaknya sudah meminta dan mengimbau PT PLN (Persero) maupun produsen listrik swasta Independent Power Producer (IPP) yang masih mengoperasikan PLTU batu bara untuk mencampurkan dengan biomassa.

Menurutnya, keberhasilan co-firing meski 10 persen atau 5 persen sudah terbilang bagus karena hal itu tergantung ketersediaan bahan baku.

"Intinya kami sudah berniat untuk tidak sepenuhnya mengandalkan batu bara dan itu nanti pada saatnya akan menjadi bagian dari offset," kata Rida.

Pemerintah meluncurkan program co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap untuk menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca di sektor energi.

Bahan baku biomassa untuk program co-firing diambil dari limbah pertanian, industri pengolahan kayu, rumah tangga serta tanaman energi yang dibudidayakan, sehingga bisa memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat.

Hingga Juni 2021, PLN telah melakukan implementasi co-firing pada 17 unit pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara. Dari total 17 PLTU yang menggunakan biomassa secara komersial tersebut, sekitar 12 PLTU tersebar di Jawa dan lima lokasi di luar Jawa. Pembangkit-pembangkit itu dikelola dua anak usahanya PLN, yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB).

PLN menargetkan program co-firing dapat berjalan di 52 lokasi PLTU dengan kapasitas 10,6 gigawatt dan kebutuhan bahan baku biomassa sebanyak 9 juta ton per tahun.