Demikian pula halnya dengan segi empat panjang yang kontras dengan latar hijau tua di sekelilingnya. Segi empat itu menjadi panjang, seperti jalan karena bersambung dengan pembukaan lahan di sebelahnya dan seterusnya berkelok-kelok, zig-zag dari selatan ke utara.
Kotak-kotak cokelat itu mulai muncul dan bertambah banyak di bagian hijau tua di utara teluk itu sejak akhir Agustus 2022. Awalnya hanya satu yang tak jauh dari persilangan garis putih besar, yang pada dunia nyata adalah persimpangan Jalan Negara dengan jalan perusahaan di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Namun bukan kotak-kotak cokelat itu yang menarik perhatian Bea Alvarez. "Saya kira dulu bagian yang hijau itu tropical rain forest," kata Bea, mahasiswa magister Universitas Manila yang menjelang akhir tahun lalu berkunjung ke Sepaku, kawasan utara Teluk Balikpapan tersebut, atau lebih tepatnya sekarang kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, dalam perbincangan Antara.
Hutan hujan tropis atau tropical rain forest adalah hutan alam yang kaya akan keanekaragaman hayati. Sejumlah sumber menyebutkan, dari 250.000 spesies hewan dan tumbuhan yang ada di dunia, 170.000 ada dan bisa ditemukan di hutan hujan tropis, apakah itu di Amazon di Brazil-Venezuela, Colombia, atau di Taman Nasional Kutai di pesisir timur Kalimantan Timur, atau kawasan antara Sungai Kayan dan Sungai Mentarang di Kalimantan Utara, dan lain-lain area sepanjang garis khatulistiwa hingga garis lintang 23,5 derajat utara dan 23,5 derajat ke selatan.
Kawasan itu menjadi kaya kehidupan karena mendapat sinar matahari dan hujan yang banyak. Pohon-pohon yang tumbuh menjulang hingga ketinggian 70 meter membentuk payung (kanopi) membuat bayangan, sehingga memungkinkan beragam makhluk lain hidup dan berkembang biak.
Dalam catatan peneliti orang utan dari Universitas Mulawarman Dr Yaya Rayadin, kalau bicara orang utan liar, maka semua habitat alaminya ada di bagian utara Sungai Mahakam.
Pongo pygmaeus morio hidup liar di kawasan utara Kutai Kartanegara, kabupaten yang dibelah Sungai Mahakam dari hulu hingga hilirnya. Juga di Kutai Timur, terutama di Taman Nasional Kutai, hingga hutan-hutan di selatan Berau.
Keberadaan orang utan di Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan adalah orang utan dari program pelepasliaran, utamanya oleh Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di tahun 1990-an.
Terlebih lagi, dari perjalanan sejarah lokal Balikpapan, kita tahu di akhir dekade 1960-an, hutan di kawasan Semoi dan Sepaku mulai dikelola oleh perusahaan penebangan kayu atau logging company. Sebuah perusahaan terkenal, yang dari keuntungannya menebang dan menjual kayu dari hutan itu, kemudian membangun kota dengan fasilitas lengkap di tengah rimba. Di camp perusahaan itu ada sekolah dari taman kanak-kanak (TK) hingga SMA, ada rumah sakit, masjid dan gereja, ada kantor pos. Ada fasilitas pelabuhan di mana warga bisa ke Balikpapan dan pergi menonton film dengan biaya perusahaan.
“Jadi saya datang terlambat ya?” seloroh Bea pada Sofian, satu dari beberapa yang disebut petinggi adat Paser di rumahnya di Kenangan, bagian dari kota di tengah rimba, namun dekat laut itu. Bea bahkan belum lahir saat masa keemasan perusahaan tersebut.
Sekarang yang ada adalah hutan tanaman industri. Yang menanam masih perusahaan itu, yakni PT ITCI, namun dengan tambahan PT lain karena pemiliknya sudah berganti. Sejak April 1996, PT baru itu diizinkan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia untuk menanam Acacia mangium dan Eucalyptus sp di lahan seluas 161.127 hektare. Kayu pohon akasia dan ekaliptus, antara lain dikirim ke Riau untuk dijadikan pulp atau bubur kertas.
Sekarang karena kawasan itu menjadi Ibu Kota Negara dengan konsep forest city, maka perlahan akan dihutankan kembali kawasan itu dengan pohon-pohon aslinya.
Ketua Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur IKN Danis Hidayat di Balikpapan, menjelang Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Persatuan Insinyur Indonesia (PII), beberapa waktu lalu memaparkan pohon-pohon asli di IKN itu, antara lain meranti, bangkirai, banggeris, ulin, tentu juga beragam pohon buah, seperti durian dan rambutan, hingga berbagai jenis anggrek.
Tidak kurang dari 15 juta bibit akan ditanam. Semuanya disiapkan di Persemaian di Mentawir. Mentawir ada di selatan Semoi, dekat dengan Taman Hutan Raya Bukit Bangkirai, lebih kurang 60 km utara Balikpapan.
Materaial khusus
Langit mendung. Awan hitam berarak di langit timur, membantu mendinginkan temperatur yang semula gerah sebab dipanggang Matahari menjelang tengah hari.
Ketua Tim Teknis Pembangunan Paket Istana Negara dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Alfrits Makalew di depan spanduk besar berisi gambar dan segala data yang umum menjalaskan semua hal yang ditanyakan tentang pembangunan Istana Negara di Ibukota Negara (IKN) Nusantara.
Hadirin di depannya adalah sebagian dari rombongan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang baru saja menyelesaikan rapat pimpinan nasional (rapimnas) di Balikpapan. Pagi-pagi sekali mereka sudah naik bus, sebagian melanjutkan tidur ketika bus masuk jalan tol Balikpapan-Samarinda, dan baru terbangun ketika rombongan tiba di Titik Nol IKN, beberapa lama sebelum sampai di Istana ini.
Meski Ketua Umum PII Danis Hidayat adalah Ketua Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur IKN, teman-temannya tetap ingin melihat sendiri apa yang sering disampaikan Danis di banyak kesempatan.
Saat ini, Makalew menjelaskan bahwa pembangunan istana memasuki tahap pemancangan tiang pondasi.
Karena tanahnya berupa tanah liat yang berpasir dan berada di lereng, meskipun landai, pondasi bored pile menjadi pilihan. Di sejumlah titik yang sudah ditentukan, tanah mulai terlihat dibor. Lubang yang terbentuk diberi penyangga dinding lubang, selanjutnya dimasukkan tulangan dari besi, dan kemudian dituangi beton. Pondasi bored pile sudah terbukti andal di kondisi lahan seperti itu.
Satu paket bersama istana adalah kantor presiden, gedung sekretariat presiden, markas pasukan pengamanan presiden, dan lapangan upacara.
Paket ini ditargetkan selesai pada Juni-Juli 2024.
Istana yang dibangun itu jauhnya kira-kira 1 km dari tempat Makalew memberi paparan, ada di atas bukit dengan menghadap ke lembah. Sejumlah alat berat dengan lengannya yang naik turun terlihat bekerja di pojok-pojok lokasi itu.
Publikasi mengenai bagaimana bentuknya kelak istana itu sudah tersebar di mana-mana sejak setahun lalu. Arsiteknya, I Nyoman Nuarta menampilkan dengan bangga di akun instagramnya, gambar tampak depan lansekap istana, lapangan upacara, dengan latar belakang tinggi di atas bukit patung burung garuda mengepakkan sayapnya.
Di depan para insinyur PII, kini sudah tergambar secara detail gambar interior ruang kerja presiden. Di sisi kiri meja kerja presiden, dinding yang ada bukan dinding beton, tapi dari kaca bening tahan peluru. Ruangan itu digambarkan bermandi sinar matahari dan berpemandangan taman istana dan Kota Nusantara.
Karena ini adalah istana negara dan simbol negara, maka materi pembangunan dipilihkan yang terbaik. Ditambah juga dengan material khusus seperti kaca anti peluru dan bahan-bahan pelapis dinding sehingga kedap suara. Bangunan-bangunan ini juga dirancang sebagai gedung hijau alias gedung hemat energi serta hemat air.
Satuan Tugas Pembangunan Infrastruktur IKN mencatat ibu kota negara yang baru itu dibangun dengan mengikuti dan diusahakan tanpa banyak mengubah kontur lahan yang ada.
Cara membangun kawasan seperti itu, antara lain dapat dilihat di Balikpapan. Rumah-rumah di Kompleks Pertamina di Gunung Dubbs, misalnya, yang dibangun kembali segera setelah kota luluh lantak akibat Perang Dunia II, ada di lereng yang hanya sedikit diratakan untuk tapak rumah, begitu pula dengan jalan-jalan. Maka dari jauh kelihatan rumah-rumah seperti bersusun di tingkat-tingkat dengan jalan berkelok-kelok mengikuti kontur.
Dari perumahan itu juga, terutama di titik di mana rumah jabatan GM, tersaji hamparan pemandangan Teluk Balikpapan dan Selat Makassar, juga atap warna-warni dari Kampung Prapatan dan Pelayaran di bawahnya.
Untuk yang tidak sempat jalan-jalan melihat Balikpapan untuk mendapat gambaran bagaimana kiranya kawasan istana negara itu kelak, di pelataran kecil dekat Makalew memberi paparan, Badan Otorita IKN menyediakan barcode menuju link yang berisi tampilan 3 dimensi virtual. Barcode itu tinggal di-scan dengan telepon pintar, dan sesaat kemudian muncullah gambarnya.
Luay, anggota panitia Rapimnas PII, sambil melihat indikator sinyal layanan seluler di telepon genggamnya menyatakan bahwa jaringan internet 4G di daerah itu kencang. Tidak hanya itu, listrik juga sudah tersedia walaupun untuk sementara, karena masih menggunakan kabel yang disangga tiang. Kelak, seperti disebutkan GM Unit Induk Pembangunan PLN Kalimantan Bagian Timur Josua Simanungkalit, kabel-kabel listrik distribusi di dalam kota akan tersimpan di saluran bawah tanah yang berupa riol-riol besar bersama pipa-pipa air bersih yang airnya bisa langsung diminum.
Sebelum sampai ke lokasi istana negara, rombongan PII melewati lahan markas besar TNI yang baru saja ditinjau Panglima Laksamana Yudo Margono. Seperti juga istana presiden, markas tentara ada di atas bukit, namun yang ini, bahkan sekilas tidak kelihatan dari jalan.
Sebelumnya sedang rombongan berhenti dan disambut Bupati Penajam Paser utara Hamdan dan tarian selamat datang di Titik Nol, di mana dulu Presiden Jokowi pernah kamping, bermalam di dalam tenda ala Pramuka, saat meresmikan lokasi itu.
Titik Nol IKN yang kini menjadi tempat kunjungan wisata, sesungguhnya adalah titik kontrol geodesi, yaitu suatu penanda di muka Bumi yang dijadikan acuan untuk posisi geospasial. Posisi geospasial, secara sederhana, adalah posisi satu ruang (baik di permukaan Bumi, di bawah permukaan, atau juga bisa di atas permukaan Bumi), yang ditentukan dengan sistem koordinat tertentu. Titik kontrol geodesi ini, diketahui, selalu berubah posisinya karena pergerakan kerak bumi, walaupun biasanya "hanya" dalam milimeter atau 0,000 meter.
Menurut Kementerian PUPR, Titik Nol IKN adalah koordinat referensi lokasi pembangunan Istanan Negara, kantor-kantor kementerian dan pemerintahan, dan berbagai infrastruktur IKN lainnya, termasuk jalan raya.
Membendung sungai
Mendung kini sudah berubah menjadi hujan saat rombongan PII tiba di Bendungan Sepaku, di Desa Tengin Baru, lebih kurang 12 km timur laut dari Titik Nol. Rombongan PII juga tinggal sepertiganya karena sejak dari Titik Nol dan Istana Negara sebagian sudah memisahkan diri, kembali ke Balikpapan dan langsung ke Bandara Sepinggan untuk mengejar jadwal terbang pulang ke tempat asal masing-masing.
Sambil menyesap minuman hangat, rombongan mendengarkan paparan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Harya Muldianto. Dijelaskan, Bendungan Sepaku adalah infrastruktur dasar, sama seperti jalan dan jembatan.
Bendungan ini membendung Sungai Sepaku dengan urugan tanah homogen setinggi 25 meter sepanjang 450 meter.
Saat ini terus dikebut pembangunan tubuh bendungan dan sedang berlangsung pekerjaan hidromekanikal, seperti pemasangan pintu air.
Secara umum, proyek sudah berjalan 83 persen. Pada Juni nanti, bendungan sudah bisa diisi air, baik dari Sungai Sepaku, Sungai Tengin, atau pun air hujan.
Bila selesai nanti, di belakang bendungan akan tercipta genangan air seluas 280 hektare. Genangan air atau waduk ini dikeliling oleh sabuk hijau, kawasan hutan atau dihutankan kembali seluas 560 hektare sebagai daerah tangkapan air dan penjaga mutu air tanah dan air permukaan.
Air dari waduk akan menjadi air baku untuk air minum kebutuhan penduduk Kota Nusantara dan sekitarnya. Sebagian air juga dikirimkan dengan pipa ke Balikpapan untuk menambah pasokan air baku bagi Kota Minyak.
Jadi kualitas yang ingin dicapai itu airnya langsung bisa diminum, bukan sekedar air bersih.
Karena itu, selain pengerjaan tubuh bendungan, Bidang Cipta Karya Kementerian PUPR juga tengah menyiapkan pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Untuk tahap pertama, IPA ini berkapasitas 350 liter per detik.
Waduk juga akan menjadi tempat rekreasi. Untuk itu lansekap bendungan akan diatur sehingga sejumlah manfaat lain, seperti manfaat ekonomi dan sosial, bisa dirasakan. Bendungan juga diharapkan bisa mengendalikan banjir dan mengurangi hingga 55 persen genangan di sepanjang Sungai Tengin bila sungai itu airnya meluap karena hujan di hulu.
Selain Bendungan Sepaku Semoi, Kementerian PUPR juga menyiapkan Intake Sepaku sebagai penyedia air baku untuk IKN. Progres fisik Intake Sepaku, juga 83 persen seperti Bendungan Sepaku.
Saat ini, pekerja sedang menyelesaikan rumah pompa untuk intake dan rumah pompa. Tubuh bendungan dengan tipe bendung gerak ini sudah selesai dikerjakan.
Dalam waktu dekat, kata Harya, pihaknya berencana melakukan uji coba, sehingga pada April Intake Sepaku sudah bisa digunakan.
Meskipun demikian, penyediaan air minum masih harus menunggu pengerjaan IPA selesai.
Hujan belum reda saat rombongan kembali ke bus dan pulang ke Balikpapan lewat Tol Balsam, jalan tol yang diresmikan Presiden Jokowi di akhir 2019. Tol Balsam yang menghubungkan kota Balikpapan dan Samarinda ada di sebelah timur IKN dan sejajar dengan Selat Makassar. Tol ini terhubung dengan IKN di pintu tol Samboja di Km 38.
Dari papan informasi yang dipasang di Titik Nol oleh Badan Otorita IKN diketahui akan ada satu lagi jalan tol dari Balikpapan ke IKN. Jalan ini dimulai dari sekitar Km 13 menuju ke Teluk Balikpapan, dan menyisir pesisir teluk hingga bagian paling utara, lalu menyusup ke bawah teluk dengan terowongan.
Terowongan di bawah Teluk Balikpapan itu agar kita tidak mengganggu ekosistem alami di atasnya. Di bagian ini, ada padang lamun yang menjadi habitat dugong (Dugong dugon), dan pesut (Orcaela brevirostris), dua hewan langka di Teluk Balikpapan.