"Yang perlu kita perhatikan lebih kepada emosi apa yang biasanya paling dominan dia rasakan, cemas, marah, sedih. Karena menghadapi ketiga emosi ini caranya berbeda," kata dia dalam sebuah acara di Jakarta, Rabu.
Apabila emosinya dominan cemas semisal khawatir pada masa depan, maka anak bisa menghadapinya dengan memberikan rasa aman karena ini yang orangtua butuhkan.
"Ketika menghadapi orang cemas, yang dibutuhkan adalah rasa aman. Maksudnya, 'Enggak apa-apa kok ma, ada aku di sini. Kalau uangnya belum ketemu. 'Enggak apa-apa ma, mama enggak butuh uang sebanyak itu kok'," tutur Tara mencontohkan.
Baca juga: Negara-negara di Asia gunakan teknologi untuk jaga lansia
Tetapi kalau emosi orangtua didominasi kesedihan yang biasanya lebih banyak keputusasaan semisal dengan mengatakan dirinya tak lagi berguna atau berarti, cara menghadapinya dengan memberinya pujian yang mengangkat kepercayaan dirinya.
"Kalau seperti itu, berarti kita perlu mengangkat orangtua kita. 'Mama tuh jago masak, aku saja enggak bisa masak'," ucap Tara.
Sementara apabila orangtua cenderung menunjukkan kemarahan seperti merasa belum siap untuk tua, maka anak bisa membantu mereka untuk menerima kondisinya.
Tara mengatakan, stres merupakan hal normal yang dialami seseorang seiring berbagai perubahan semisal fisik sehingga mungkin belum tentu semua orang dan lansia bisa menerima kondisinya dengan baik.
Baca juga: Kenali manfaat asam amino glutamat bagi lansia
Dia berpesan, apabila emosi orangtua tidak stabil ini menandakan dia belum mampu beradaptasi dengan kondisinya sehingga penting bagi anak-anak dan orang sekitarnya untuk tidak tersinggung atau kesal.
"Kalau kita bawa itu personally, kita akan terbawa emosi sendiri dan ini bikin kita jadi ikutan stres," kata Tara.
Dia menuturkan, seseorang bisa merasa frustrasi ketika tidak lagi bisa melakukan aktivitas fisik yang bisa mereka lakukan waktu muda. Untuk itu sangat penting bagi seseorang yang memasuki usia lanjut untuk tetap aktif sambil menjaga interaksi sosialnya. Menurut dia, inilah kunci bahagia.
Menurut Tara, salah satu yang bisa dilakukan agar bahagia yakni terus melakukan hobi atau mempelajari hal baru yang dapat merangsang kemampuan kognisi sehingga dapat mendukung kesehatan mental.
"Dengan fisik yang sehat dan motivasi diri yang baik, usia tidak menjadi halangan untuk tetap produktif dan berkarya," demikian pesan psikolog Tara de Thouars.
Baca juga: 'Ngemis Sosmed', Mensos keluarkan SE larang eksploitasi lansia
Baca juga: Awas! Hal ini bisa percepat proses penuaan pada lansia
Baca juga: Rasa kesepian dapat timbulkan masalah gizi pada orang lanjut usia