Likes dan komentar di media sosial pengaruhi tekanan emosi remaja

id media sosial,remaja,Likes dan komentar, pengaruhi, tekanan emosi, kalteng

Likes dan komentar di media sosial pengaruhi tekanan emosi remaja

Ilustrasi - Sejumlah aplikasi media sosial. ANTARA/Pixabay/Geralt/am.

Jakarta (ANTARA) - Fitur likes, komentar, dan repost di platform media sosial bisa menghadirkan tekanan yang mempengaruhi kondisi emosi remaja menurut psikolog.

"Likes dianggap sebagai ukuran diterima atau tidaknya mereka, komentar menjadi bentuk penilaian sosial yang mereka anggap sangat penting, atau repost, share, dilihat sebagai bentuk pengakuan terhadap eksistensi mereka," kata psikolog Vera Itabiliana saat dihubungi dari Jakarta pada Kamis.

Psikolog lulusan Universitas Indonesia itu mengemukakan bahwa likes, komentar, dan repost menjadi indikator penilaian keberadaan dan penerimaan serta bentuk validasi dan pengakuan sosial pada remaja tertentu.

Menurut Vera, fluktuasi jumlah likes bahkan bisa mempengaruhi suasana hati remaja tertentu sampai seharian.

"Ada yang sampai menghapus unggahan jika interaksinya dianggap kurang bagus," katanya.

Dia mengemukakan bahwa media sosial menghadirkan tekanan psikologis yang memicu rasa takut ketinggalan atau FOMO (Fear of Missing Out), perbandingan sosial, dan perundungan.

Remaja bisa terdorong untuk membandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna di media sosial.

"Tekanan untuk tampil sempurna, termasuk body image, prestasi dan gaya hidup," kata Vera.

Ketakutan ketinggalan informasi dan tren membuat para remaja merasa perlu terus menerus berada di dunia maya. Akibatnya, mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk menatap layar.

"Kemudian (muncul) gangguan tidur akibat screen time berlebih, yang berhubungan langsung dengan peningkatan risiko depresi dan kecemasan," kata Vera ketika ditanya tentang pengaruh penggunaan media sosial pada masalah kecemasan, stres, dan depresi pada remaja.

Vera menekankan pentingnya pendampingan untuk mengarahkan remaja agar memanfaatkan media sosial sebagai ruang berekspresi, ruang belajar, serta ruang membangun koneksi sosial yang positif.

Dampak negatif penggunaan media sosial, menurut dia, juga bisa ditekan dengan meningkatkan literasi digital remaja dan membantu mereka memahami bahwa nilai diri tidak ditentukan oleh indikator-indikator di platform digital.

"Dorong remaja untuk memiliki lingkar pertemanan yang suportif, batasi eksposur berlebihan, terutama pada jam-jam rawan seperti sebelum tidur," katanya."Lakukan terapi atau konseling jika dampaknya sudah mempengaruhi fungsi harian mereka," ia menambahkan.


Pewarta :
Editor : Admin Portal
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.