Kotim memasuki transisi pemulihan karhutla
Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menetapkan status transisi darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pemulihan tahun 2023 selama 14 hari terhitung mulai 24 Oktober sampai 6 November 2023.
"Keputusan ini setelah dilakukan pertimbangan dari berbagai indikator. Walaupun beberapa hari ke depan ada masih ada potensi (kemarau), tapi kemungkin besar masih bisa ditangani oleh teman-teman BPBD dan Dinas Damkar," kata Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur, Rihel usai memimpin rapat evaluasi penanganan karhutla, Senin.
Transisi ke pemulihan ini merupakan hasil rapat di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur. Rekomendasi itu kemudian disetujui oleh Bupati Halikinnor sehingga penetapan status transisi dilakukan.
Menurut Rihel, sekitar enam pekan tim gabungan bekerja keras menanggulangi karhutla sejak ditetapkan status tanggal darurat. Dia bersyukur upaya yang didukung semua pihak itu membuahkan hasil positif.
Beberapa hal lain yang menjadi bahan pertimbangan penetapan status transisi adalah terus membaiknya kualitas utara setelah hujan deras melanda. Itu ditandai dengan angka indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang terus menurun.
Terkait masih tingginya kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), Rihel menyatakan hal itu akan diteliti lebih jauh lagi. Hal ini untuk mengetahui penyebabnya karena kasus diharapkan ISPA menurun seiring menurunnya.
Baca juga: Disdik Kotim apresiasi program Kemenkeu Mengajar jangkau sekolah di kecamatan
Pertimbangan lainnya adalah prediksi BMKG terkait potensi hujan yang akan terjadi seiring transisi memasuki musim kemarau. Meski begitu, tim akan tetap waspada dan berpatroli mengantisipasi masih munculnya karhutla hingga tibanya musim hujan.
"Status transisi ini juga akan kita barengi dengan evaluasi terkait apa saja yang sudah kita lakukan dan apa saja kekurangannya. Harapannya, ini menjadi pelajaran agar kita bisa lebih baik dalam mengantisipasi maupun menangani jika terjadi karhutla," ujar Rihel.
Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur, Multazam menyebut, luasan lahan terbakar yang terdata saat ini mencapai 1.038 hektare. Jumlah itu dipastikan akan bertambah karena saat ini masih diperbarui data luas lahan terbakar, khususnya di wilayah selatan seperti di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
"Dari jumlah hot spot, tahun ini lebih besar dibanding karhutla parah 2019 lalu. Dulu itu lonjakan hanya terjadi pada September, sedangkan tahun ini terjadi mulai Agustus sampai Oktober," ujar Multazam.
Multazam bersyukur karena sekitar empat hari terakhir tidak terpantau kebakaran lahan. Kondisi ini diakui hujan deras yang intensitasnya meningkat beberapa hari terakhir.
Saat ini helikopter pengebom air juga sudah kembali ke Jakarta karena wilayah Kotawaringin Timur dinilai cukup aman. Meski begitu, patroli di darat tetap dilakukan hingga kondisi benar-benar aman dari karhutla.
Sementara itu terkait kasus ISPA yang masih tinggi, Multazam menduga memang dampak asap. Hal itu lantaran akumulasi atau munculnya ISPA tidak seketika, tetapi bisa saja beberapa waktu kemudian setelah terhirup asap bercampur debu.
Baca juga: KPU Kotim edukasi santri melalui nonton bareng film 'Kejarlah Janji'
Baca juga: Bupati Kotim andalkan santri jadi panutan generasi religius
Baca juga: Petani Kotim dapat bantuan alsintan dari program aspirasi anggota DPR
"Keputusan ini setelah dilakukan pertimbangan dari berbagai indikator. Walaupun beberapa hari ke depan ada masih ada potensi (kemarau), tapi kemungkin besar masih bisa ditangani oleh teman-teman BPBD dan Dinas Damkar," kata Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kotawaringin Timur, Rihel usai memimpin rapat evaluasi penanganan karhutla, Senin.
Transisi ke pemulihan ini merupakan hasil rapat di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur. Rekomendasi itu kemudian disetujui oleh Bupati Halikinnor sehingga penetapan status transisi dilakukan.
Menurut Rihel, sekitar enam pekan tim gabungan bekerja keras menanggulangi karhutla sejak ditetapkan status tanggal darurat. Dia bersyukur upaya yang didukung semua pihak itu membuahkan hasil positif.
Beberapa hal lain yang menjadi bahan pertimbangan penetapan status transisi adalah terus membaiknya kualitas utara setelah hujan deras melanda. Itu ditandai dengan angka indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang terus menurun.
Terkait masih tingginya kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), Rihel menyatakan hal itu akan diteliti lebih jauh lagi. Hal ini untuk mengetahui penyebabnya karena kasus diharapkan ISPA menurun seiring menurunnya.
Baca juga: Disdik Kotim apresiasi program Kemenkeu Mengajar jangkau sekolah di kecamatan
Pertimbangan lainnya adalah prediksi BMKG terkait potensi hujan yang akan terjadi seiring transisi memasuki musim kemarau. Meski begitu, tim akan tetap waspada dan berpatroli mengantisipasi masih munculnya karhutla hingga tibanya musim hujan.
"Status transisi ini juga akan kita barengi dengan evaluasi terkait apa saja yang sudah kita lakukan dan apa saja kekurangannya. Harapannya, ini menjadi pelajaran agar kita bisa lebih baik dalam mengantisipasi maupun menangani jika terjadi karhutla," ujar Rihel.
Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur, Multazam menyebut, luasan lahan terbakar yang terdata saat ini mencapai 1.038 hektare. Jumlah itu dipastikan akan bertambah karena saat ini masih diperbarui data luas lahan terbakar, khususnya di wilayah selatan seperti di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
"Dari jumlah hot spot, tahun ini lebih besar dibanding karhutla parah 2019 lalu. Dulu itu lonjakan hanya terjadi pada September, sedangkan tahun ini terjadi mulai Agustus sampai Oktober," ujar Multazam.
Multazam bersyukur karena sekitar empat hari terakhir tidak terpantau kebakaran lahan. Kondisi ini diakui hujan deras yang intensitasnya meningkat beberapa hari terakhir.
Saat ini helikopter pengebom air juga sudah kembali ke Jakarta karena wilayah Kotawaringin Timur dinilai cukup aman. Meski begitu, patroli di darat tetap dilakukan hingga kondisi benar-benar aman dari karhutla.
Sementara itu terkait kasus ISPA yang masih tinggi, Multazam menduga memang dampak asap. Hal itu lantaran akumulasi atau munculnya ISPA tidak seketika, tetapi bisa saja beberapa waktu kemudian setelah terhirup asap bercampur debu.
Baca juga: KPU Kotim edukasi santri melalui nonton bareng film 'Kejarlah Janji'
Baca juga: Bupati Kotim andalkan santri jadi panutan generasi religius
Baca juga: Petani Kotim dapat bantuan alsintan dari program aspirasi anggota DPR