Jenama olahraga PUMA secara resmi mengumumkan tidak lagi memperpanjang kontrak kerja sama dengan Asosiasi Sepakbola Israel (IFA).
Kontrak kerja sama antara PUMA dan IFA akan berakhir di 2024 dan tidak akan lagi berlanjut untuk ke depannya.
"Keputusan strategis ini diambil sebagai bagian dari upaya terus-menerus PUMA untuk mengoptimalkan portofolio merek, memastikan agar sejalan dengan tujuan bisnis utama perusahaan," demikian pernyataan resmi PUMA mengungkap alasan pemberhentian kerja sama itu, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Dampak boikot Israel, Waroeng Steak & Shake alami kenaikan penjualan
Meski demikian, PUMA berkomitmen tetap mendukung olah raga sepak bola untuk terus bertumbuh dan mendorong pertumbuhan olahraga tersebut di semua tingkatan.
PUMA menyatakan akan terus membina hubungan yang bermakna dengan atlet, tim, dan penggemar di seluruh dunia, dan akan terus mencari kemitraan yang sejalan dengan visinya untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
Sebelumnya, pada Selasa (12/12), diberitakan PUMA baru berencana untuk mengakhiri kerja sama dengan IFA.
Perusahaan asal Jerman itu menyebut bahwa keputusan pemutusan kontrak telah diambil sejak akhir 2022 dan terjadi sebelum konflik di Gaza.
Baca juga: Bantuan dunia gagal cegah tragedi kelaparan warga Gaza
Kemitraan PUMA dan IFA membuat produk tersebut masuk dalam daftar boikot karena PUMA dinilai mendukung Israel yang saat ini gencar melakukan penyerangan di Gaza.
Para aktivis bahkan mengeklaim bahwa PUMA mendukung pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat melalui kesepakatan dengan IFA.
Hingga saat ini konflik antara Israel dan Palestina terus berlanjut, Israel diketahui memberikan serangan bom hingga serangan darat di Gaza dan menurut pihak kesehatan Hamas serangan-serangnan itu telah menewaskan setidaknya 18.200 orang yang sebagian besar terdiri dari perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Coca-Cola angkat bicara soal boikot produk berafiliasi dukungan Israel
Baca juga: Stephen Hawking boikot konferensi Israel