Sejumlah warga di Kotim mengungsi akibat banjir
Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah melaporkan sejumlah warga di Kecamatan Cempaga Hulu dan Cempaga mengungsi akibat banjir.
“Ada empat lokasi banjir di Cempaga Hulu, dari laporan TRC kami kemarin ada beberapa penduduk yang harus diungsikan karena rumahnya terendam. Salah satunya di Dusun Bantilan, Desa Pelantaran,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam di Sampit, Minggu.
Ia menyebutkan, sementara ini ada tujuh kepala keluarga (KK) yang mengungsi akibat banjir. Mereka tersebar di tiga desa, dua di antaranya berada di Kecamatan Cempaga Hulu, yakni Dusun Bantilan Desa Pelantaran sebanyak tiga KK, Desa Bukit Raya lima KK dan empar KK di Desa Rubung Buyung Kecamatan Cempaga.
Selain itu, banjir juga terjadi di tiga desa lainnya di Kecamatan Cempaga Hulu, yakni Desa Sei Ubar Mandiri, muara Desa Selucing dan Desa Pantai Harapan.
Berdasarkan laporan TRC pada 17 Februari 2024, debit air di Desa Pelantaran bervariasi mulai dari 30 cm hingga satu meter. Namun, berdasarkan laporan terbaru, 18 Februari 2024, debit air mulai turun. Sedangkan, beberapa desa lainnya debit air masih naik.
“Memang banjir di Cempaga Hulu ini meluas, yang kami cari adalah penyebabnya. Di sana memang ada Sungai Keruing yang juga mengalami peningkatan debit air kemudian menyebabkan banjir,” ujarnya.
Baca juga: PPK di Kotim mulai rekapitulasi suara Pemilu 2024
Multazam melanjutkan, Minggu sore pihaknya melakukan asesmen di Desa Sei Ubar Mandiri. Di lokasi tersebut terdapat lima RT dan setiap RT tergenang dengan total warga yang terdampak ada 96 KK.
Beberapa titik di Desa Sei Ubar Mandiri terendam dengan kedalaman 95 sampai 110 cm dari permukaan jalan. Berdasarkan keterangan warga setempat, debit air di desa tersebut sudah mulai surut namun sangat lambat. Adapun, akses jalan masuk desa yang sebelumnya terputus akibat banjir, kini sudah bisa dilalui, akan tetapi untuk jalan dalam desa masih sulit.
Berdasarkan pantauan lapangan, pihaknya menduga terjadi penyumbatan di saluran Sungai Ubar, sehingga aliran air tidak optimal dan menyebabkan desa di sekitarnya tergenang. Hal ini pun akan segera dikomunikasikan dengan instansi terkait, agar sungai tersebut dapat dinormalisasi.
“Kami akan dikomunikasikan ke pihak terkait, sehingga Sungai Ubar ini bisa dinormalisasi. Dengan begitu harapannya dampak banjir seperti ini tidak terjadi lagi kedepannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Multazam menyampaikan bahwa pihaknya menerima laporan dari Camat Cempaga Hulu terkait banjir yang melanda wilayah tersebut sejak Jumat malam, 16 Februari 2024.
Dari keterangan camat, banjir terjadi akibat hujan dengan intensitas cukup tinggi selama dua malam berturut-turut ditambah sungai yang sedang pasang.
Baca juga: KPU Kotim laksanakan PSU di TPS 04 Mentaya Seberang
Baca juga: BPBD Kotim terjunkan tim ke lokasi banjir
Baca juga: Pemkab Kotim akan bantu pembangunan kembali rumah korban kebakaran
“Ada empat lokasi banjir di Cempaga Hulu, dari laporan TRC kami kemarin ada beberapa penduduk yang harus diungsikan karena rumahnya terendam. Salah satunya di Dusun Bantilan, Desa Pelantaran,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim, Multazam di Sampit, Minggu.
Ia menyebutkan, sementara ini ada tujuh kepala keluarga (KK) yang mengungsi akibat banjir. Mereka tersebar di tiga desa, dua di antaranya berada di Kecamatan Cempaga Hulu, yakni Dusun Bantilan Desa Pelantaran sebanyak tiga KK, Desa Bukit Raya lima KK dan empar KK di Desa Rubung Buyung Kecamatan Cempaga.
Selain itu, banjir juga terjadi di tiga desa lainnya di Kecamatan Cempaga Hulu, yakni Desa Sei Ubar Mandiri, muara Desa Selucing dan Desa Pantai Harapan.
Berdasarkan laporan TRC pada 17 Februari 2024, debit air di Desa Pelantaran bervariasi mulai dari 30 cm hingga satu meter. Namun, berdasarkan laporan terbaru, 18 Februari 2024, debit air mulai turun. Sedangkan, beberapa desa lainnya debit air masih naik.
“Memang banjir di Cempaga Hulu ini meluas, yang kami cari adalah penyebabnya. Di sana memang ada Sungai Keruing yang juga mengalami peningkatan debit air kemudian menyebabkan banjir,” ujarnya.
Baca juga: PPK di Kotim mulai rekapitulasi suara Pemilu 2024
Multazam melanjutkan, Minggu sore pihaknya melakukan asesmen di Desa Sei Ubar Mandiri. Di lokasi tersebut terdapat lima RT dan setiap RT tergenang dengan total warga yang terdampak ada 96 KK.
Beberapa titik di Desa Sei Ubar Mandiri terendam dengan kedalaman 95 sampai 110 cm dari permukaan jalan. Berdasarkan keterangan warga setempat, debit air di desa tersebut sudah mulai surut namun sangat lambat. Adapun, akses jalan masuk desa yang sebelumnya terputus akibat banjir, kini sudah bisa dilalui, akan tetapi untuk jalan dalam desa masih sulit.
Berdasarkan pantauan lapangan, pihaknya menduga terjadi penyumbatan di saluran Sungai Ubar, sehingga aliran air tidak optimal dan menyebabkan desa di sekitarnya tergenang. Hal ini pun akan segera dikomunikasikan dengan instansi terkait, agar sungai tersebut dapat dinormalisasi.
“Kami akan dikomunikasikan ke pihak terkait, sehingga Sungai Ubar ini bisa dinormalisasi. Dengan begitu harapannya dampak banjir seperti ini tidak terjadi lagi kedepannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Multazam menyampaikan bahwa pihaknya menerima laporan dari Camat Cempaga Hulu terkait banjir yang melanda wilayah tersebut sejak Jumat malam, 16 Februari 2024.
Dari keterangan camat, banjir terjadi akibat hujan dengan intensitas cukup tinggi selama dua malam berturut-turut ditambah sungai yang sedang pasang.
Baca juga: KPU Kotim laksanakan PSU di TPS 04 Mentaya Seberang
Baca juga: BPBD Kotim terjunkan tim ke lokasi banjir
Baca juga: Pemkab Kotim akan bantu pembangunan kembali rumah korban kebakaran