Sampit (ANTARA) - Bank Indonesia mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peredaran uang palsu, terlebih menjelang Bulan Suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah nanti.
"Kami dari Bank Indonesia intens melakukan sosialiasi yaitu bagaimana kita mencegah munculnya peredaran uang palsu. Kami biasanya mendeteksi kalau menjelang hari besar keagamaan ini uang palsu ini peredarannya risikonya agak meningkat," kata kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah, Yuliansah Andrias di Sampit, Senin.
Transaksi keuangan biasanya meningkat saat hari besar keagamaan, termasuk Ramadhan dan Idul Fitri. Situasi ini diikuti pula meningkatnya risiko peredaran uang palsu.
Pelaku kejahatan sering memanfaatkan meningkatnya transaksi di pasar untuk mencari kelengahan pedagang. Saat itulah mereka menjalankan aksi bertransaksi menggunakan uang palsu.
Untuk mencegah hal itu terjadi, Bank Indonesia mengimbau masyarakat untuk teliti memeriksa uang yang diterima saat bertransaksi. Masyarakat juga diharapkan mengetahui ciri-ciri uang asli agar terhindar dari peredaran uang palsu.
Jika ada transaksi yang mencurigakan, termasuk kemungkinan adanya peredaran uang palsu, masyarakat diminta secepatnya melaporkan ke polisi. Dengan begitu bisa segera ditindaklanjuti sehingga peredaran uang palsu bisa dicegah dan pelakunya ditangkap.
"Ini yang perlu kita bersama-sama pemerintah daerah, kepolisian dan lainnya untuk melakukan sosialisasi dan edukasi secara terus-menerus kepada masyarakat bagaimana mengenali ciri-ciri uang asli," jelas Yuliansah.
Baca juga: DPRD Kotim dorong pemerataan Program MBG hingga pelosok
Bank Indonesia kini juga mendorong optimalisasi transaksi nontunai, misalnya menggunakan QRIS dan lainnya. Banyak manfaat yang akan didapat, termasuk di antaranya terhindar dari penipuan uang palsu.
"Makanya perlu juga disosialisasikan terkait transaksi nontunai seperti QRIS, apalagi di banyak daerah ini sudah banyak usaha menyediakan transaksi melalui QRIS atau nontunai," jelas Yuliansah.
Data Bank Indonesia, jumlah merchant QRIS di Kalimantan Tengah pada Januari 2025 bertambah sebesar 5.662 merchant, yang didominasi oleh UMKM sebesar 98,61 persen dari total merchant. Daerah pengguna QRIS terbanyak adalah Kota Palangka Raya dengan pangsa 22,9 persen. Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan volume transaksi QRIS dan new user RIS.
Yuliansah Andrias mengatakan, BI terus mendorong penggunaan QRIS sekaligus melakukan literasi keuangan kepada pelaku UMKM. Tujuannya agar pelaku UMKM semakin baik dalam mengelola keuangan, termasuk sistem pembukaannya dan lainnya.
Beberapa manfaat transaksi menggunakan QRIS di antaranya, warga tidak perlu membawa uang tunai. Warga mendapatkan kemudahan dalam bertransaksi, meminimalisir kontak sehingga lebih higienis serta meminimalisir penipuan.
QRIS menyediakan alternatif pembayaran, transaksi lebih cepat dan efisien, meminimalisir penipuan. Melalui QRIS, pemantauan dan analisis transaksi yang lebih mudah.
Transaksi menggunakan QRIS secara juga akan langsung masuk ke rekening pelaku usaha. Di sisi lain, transaksi dengan cara ini juga terpantau dalam transaksi perbankan karena penggunaan QRIS harus menggunakan rekening bank sebagai salah satu syaratnya.
"Jadi ini secara tidak langsung juga mengajari pelaku usaha, khususnya UMKM tentang bagaimana mengelola keuangan. Ini juga cara Bank Indonesia bersama kawan-kawan di industri perbankan dan pemerintah daerah untuk terus mendorong penggunaan uang nontunai ini secara masif, terutama di kabupaten Kotawaringin Timur," demikian Yuliansah Andrias.
Baca juga: Bulog Kotim prediksi harga beras bakal alami tren kenaikan
Baca juga: Bank Indonesia dorong BUMD di Kotim kelola pangan
Baca juga: Warga Sampit antusias belanja di pasar murah untuk persiapan Ramadhan