Palangka Raya (ANTARA) - Bank Indonesia masih tetap memberikan kepercayaan terhadap jurnalis dalam menyebarkan informasi kebanksetralan dibandingkan konten kreator yang dianggap mendominasi media sosial.
Direktur Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker Departemen Komunikasi Bank Indonesia Rio Wardani mengatakan, kredibilitas yang masih dimiliki jurnalis dan informasi kebanksentralan, seperti kebijakan moneter, pengaturan sistem pembayaran, atau stabilitas ekonomi, sering kali bersifat teknis dan tidak langsung dapat dicerna oleh masyarakat awam.
"Bagaimanapun jurnalis masih tetap memiliki peran yang sangat strategis dalam menyampaikan informasi kebanksentralan kepada masyarakat," ucapnya.
Pengakuan itu disampaikan dirinya pada saat menjadi narasumber di Forum Komunikasi Media (FKM) 2025 yang diselenggarakan BI Perwakilan Kalimantan Tengah di Jakarta dari tanggal 8-9 Oktober 2025. Di mana FKM itu diikuti 30 jurnalis dari media cetak, online dan TV.
Bukan bermaksud membandingkan, Rio Wardani menilai jurnalis dituntut untuk tetap memiliki kredibilitas, mematuhi etika jurnalis dan Undang-undang Pers Nomor 40 tahun 1999. jurnalis pun memiliki keahlian untuk mengolah informasi yang kompleks menjadi narasi lebih mudah dipahami oleh publik. Sementara, konten kreator sering kali lebih fokus pada hiburan atau tren viral.
Dia mengatakan kebijakan atau informasi dari BI sering kali memerlukan konteks yang mendalam, agar tidak disalahpahami oleh publik. Dalam hal ini, jurnalis memiliki keunggulan menyusun laporan yang berimbang dan berdasarkan fakta, dibandingkan konten kreator yang mungkin lebih fokus pada aspek visual atau sensasi untuk menarik perhatian audiens.
"Keahlian mengolah informasi itu membuat jurnalis berperan sebagai jembatan yang mampu menerjemahkan istilah-istilah teknis kebanksentralan ke dalam bahasa yang sederhana, akurat dan tetap dapat dipercaya," kata Rio.
Dirinya juga menyoroti pentingnya kerja sama antara BI dan media massa dalam membangun pemahaman publik terhadap kebijakan bank sentral. Media massa, melalui jurnalis, memiliki jangkauan yang luas dan kemampuan untuk membingkai isu-isu kebanksentralan dengan cara yang relevan bagi masyarakat.
"Ini menjadi semakin penting di tengah maraknya informasi yang tidak terverifikasi di media sosial, yang dapat memicu misinformasi atau kesalahpahaman tentang kebijakan BI," ujarnya.
Rio Wardani menyadari konten kreator memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat, terkhusus generasi muda seperti sekarang ini. Hanya, konten kreator sering kali tidak memiliki latar belakang jurnalistik atau pemahaman mendalam tentang isu-isu ekonomi. Hal ini dapat menyebabkan penyampaian informasi yang kurang akurat atau bahkan menyesatkan.
Oleh karena itulah, BI memilih untuk terus memperkuat kolaborasi dengan jurnalis, yang dianggap memiliki kompetensi untuk menyampaikan informasi secara bertanggung jawab. Namun, ini tidak berarti BI menutup pintu bagi konten kreator. BI tetap terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk konten kreator, selama mereka mampu menyampaikan informasi dengan cara yang benar dan tidak menyesatkan.
Baca juga: Prabowo setuju langkah Menkeu tarik dana mengendap Rp200 triliun di BI
Menyadari masih penting dan strategisnya peran jurnalis tersebut, Bank Indonesia di berbagai perwakilan, termasuk di Kalimantan Tengah, secara rutin melaksanakan forum komunikasi media (FKM). Pada tahun 2025, BI Kalteng kembali melaksanakan FKM selama dua hari di Jakarta. Di mana FKM tahun ini, diikuti sekitar 30 jurnalis dari media cetak, online dan TV yang tersebar di Kalteng.
Dalam FKM itu, para jurnalis diajak memperdalam pemahaman tentang dunia kebanksentralan, proses pembuatan uang dengan berkunjunga ke Peruri, serta penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan etikanya.
"FKM menjadi wadah bagi BI untuk memperkuat hubungan dengan jurnalis, sekaligus meningkatkan pemahaman tentang berbagai aspek kebanksentralan," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng Ardian Pangestu.
Adapun FKM kali ini, para jurnalis dari Kalteng tidak hanya mendapatkan pembekalan tentang tugas dan fungsi BI, tetapi juga diajak melihat secara langsung proses pembuatan uang di Perum Peruri (Percetakan Uang Republik Indonesia).
Baca juga: Korupsi CSR BI-OJK, KPK periksa mantan anggota KPU Cirebon
Kunjungan ini memberikan wawasan baru bagi para jurnalis mengenai tahapan produksi uang, mulai dari desain, pencetakan, hingga pengamanan untuk mencegah pemalsuan.
"Pengalaman ini, membantu para jurnalis memahami peran BI dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, baik dari segi moneter maupun sebagai alat transaksi yang diterima secara luas di masyarakat," kata Ardian.
Selain kunjungan ke Peruri, para jurnalis juga mendapatkan sesi khusus mengenai penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia jurnalisme. Dalam sesi ini, Haresti Asysy Amrihani yang dipercaya BI memberikan materi tentang AI, mengingatkan sekaligus meningkatkan pemahaman para jurnalis tentang potensi AI sebagai alat bantu efisiensi kerja.
Di mana AI bukan musuh yang harus dipertentangkan keberadaannya, tetapi potensi dan kekuatannya lebih dioptimalkan dalam mendukung kerja-kerja jurnali, khususnya ketika menganalisis data atau pembuatan laporan cepat. Hanya saja, perlu dipahami pentingnya etika dalam penggunaan AI, terutama dalam menjaga akurasi dan kebenaran informasi.
"AI bisa menjadi alat yang sangat membantu, tetapi tanpa etika yang kuat, penggunaannya justru bisa menimbulkan masalah, seperti penyebaran berita bohong atau manipulasi informasi," demikian Haresti.
Baca juga: Bupati Barsel: Kehadiran kas keliling susur sungai penting bagi masyarakat DAS Barito
Baca juga: Jangkau pelosok DAS Barito, BI Kalteng luncurkan kas keliling susur sungai
Baca juga: Kesepakatan tarif RI-AS dorong BI-Rate turun
