Ahli paparkan tanda pneumonia pada anak yang berbeda dengan demam biasa

id dr. Kanya Ayu Sp.A, tanda pneumonia, Ahli paparkan, pada anak, yang berbeda, demam biasa

Ahli paparkan tanda pneumonia pada anak yang berbeda dengan demam biasa

Dokter Spesialis Anak dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A membagikan pandangan soal obat batuk pilek yang dijual di apotek usai mengikuti temu media di Jakarta, Selasa (29/7/2025). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia dr. Kanya Ayu Sp.A mengatakan orang tua perlu memberikan perhatian lebih pada batuk pilek pada anak yang lebih serius.

"Banyak yang salah kaprah, pneumonia adalah gejala klinis yang terdiri dari demam, batuk, sesak, dan didukung oleh kekurangan oksigen. Jadi harus ada empat ini dulu. Bukan semua batu pilek demam biasa disebut sebagai pneumonia, as long as dia tidak sesak, tidak ada kekurangan oksigen," kata Kanya dalam acara Media Session World Pneumonia Day 2025 di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan penyebab pneumonia, selain haemophilus influenza tipe b (Hib) dan virus lainnya. Dapat menyerang semua umur terutama anak-anak dibawah 5 tahun karena sistem imunnya belum matang, dan lansia karena imunnya sudah jauh menurun.

Kanya menjelaskan tanda kegawatan pneumonia diantaranya ada tarikan napas cepat yang tidak normal, dan adanya retraksi yang melibatkan otot-otot di bawah leher, sela-sela iga dan ulu hati.

Selain itu anak dengan pneumonia terlihat bernapas dengan cuping hidung yang kembang kempis yang menandakan sesak.

"Kadang-kadang saking sesaknya kepalanya head bobbing (kepala terantuk-antuk) itu juga ada, kalau bisa jangan tunggu muncul semuanya, salah satu saja mendingan segera di bawa dan diperiksakan," kata Kanya.

Kanya mengatakan orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko pneumonia dari penyebab selain bakteri pneumokokus seperti dari jamur saat musim hujan dan penularan dari percik renik (droplet) saat berbicara atau bersin.

Selain percik renik, menyentuh benda yang sama juga meningkatkan risiko penularan pneumonia terutama di sekolah-sekolah seperti menyentuh gagang pintu atau tombol saklar lampu.

Kanya mengatakan neumonia bisa menjadi parah jika bakteri streptococcus pneumoniae berkembang menjalar ke telinga menyebabkan infeksi telinga tengah, dan masuk ke pembuluh darah dan menjalar ke otak yang menyebabkan meningitis dan berakhir kematian.

"Jadi, dia beredar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah, bikin pneumonia dan tembus ke meningitis. Itulah yang kita cegah Invasive pneumococcal disease, ini yang mematikan," katanya.

Kanya mengatakan rekomendasi pencegahan pneumonia diantaranya cuci tangan secara rutin dengan sabun dan air, hidup sehat, tidak merokok, olahraga teratur, diet seimbang, hindari kontak dengan orang sakit terutama yang terkena infeksi saluran pernapasan dan lengkapi vaksinasi DPT, HIB, dan influenza.

Jika sakit, vaksin bisa dikejar setelah dua minggu dinyatakan sembuh dari demam dan gejala batuk pilek.


Pewarta :
Editor : Admin Portal
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.