Palangka Raya (ANTARA) - Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (UPR) bersama Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI) memperkuat sinergi antara dunia akademik, riset, dan industri untuk mempercepat hilirisasi serta diversifikasi produk perikanan nasional.
"Kegiatan ini wujud nyata komitmen UPR dalam memperkuat riset dan inovasi pengolahan hasil perikanan, khususnya di kawasan Kalimantan dan Indonesia bagian tengah," kata Ketua Panitia Pelaksana, Dr. Firlianty, S.Pi., M.S.,.
Menurutnya, forum ini tidak hanya menjadi wadah berbagi pengetahuan, tetapi juga ajang membangun jejaring kolaboratif antara peneliti, pelaku usaha, dan pemerintah.
Ia menegaskan, tema seminar tahun ini yaitu 'Kemandirian Perikanan Indonesia melalui Hilirisasi Terintegrasi dan Diversifikasi Produk' diangkat sebagai refleksi atas tantangan sektor perikanan nasional yang perlu bertransformasi menuju ekonomi berbasis inovasi.
“Hilirisasi tidak sekadar mengolah hasil tangkapan, melainkan mentransformasi riset menjadi produk bernilai ekonomi tinggi,” ucapnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan UPR, Dr. Wilson, menyoroti potensi besar Kalimantan Tengah di sektor perikanan air tawar yang kini menghadapi ancaman pencemaran merkuri di sejumlah sungai.
"Penting adanya kolaborasi riset antarperguruan tinggi dan industri dalam mengembangkan pengolahan hasil perikanan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan," ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Dr. Natalina Asi, M.A., menambahkan, UPR memiliki posisi strategis dalam tiga arah pembangunan nasional, yakni riset gambut dan bioresources Kalimantan, dukungan terhadap Ibu Kota Nusantara (IKN), serta kontribusi terhadap transformasi riset menuju Indonesia Emas 2045.
“Kami berkomitmen menjadikan hilirisasi riset sebagai prioritas utama universitas,” tuturnya.
Baca juga: FT UMPR jajaki kerja sama strategis dengan PLN Nusantara Power Unit Pembangkit Pulang Pisau
Forum ilmiah tersebut juga menghadirkan Prof. Dr. Ir. Nurjanah, M.S. selaku Ketua Umum MPHPI/IPB University yang menekankan pentingnya mempercepat hilirisasi dan komersialisasi hasil riset agar tidak berhenti di meja laboratorium.
“Riset harus menjadi jembatan antara kampus dan industri. Hilirisasi adalah jalan memperkuat kerja sama lintas sektor dan melahirkan inovasi bernilai ekonomi tinggi,” tuturnya.
Selain itu, Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BP2MHKP) KKP, Ir. Ishartini menjelaskan, pemerintah kini menata ulang kebijakan sektor kelautan dan perikanan berbasis blue economy.
"Ada lima pilar utama, termasuk pengembangan kampung nelayan Merah Putih serta hilirisasi produk bernilai tinggi seperti gelatin, kolagen, dan kultur jaringan," ungkapnya.
Dari kalangan akademisi, Prof. Dr. Sc. Amir Husni, S.Pi., M.P. dari Universitas Gadjah Mada menyoroti pentingnya harmonisasi kurikulum Teknologi Hasil Perikanan (THP) di seluruh Indonesia.
"Kurikulum perlu fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan industri agar mahasiswa siap menghadapi transformasi digital dan ekonomi biru," bebernya.
Senada dengan itu, Prof. Dr. Ir. Tati Nurhayati, M.Si. dari IPB University menilai perlunya penguatan kolaborasi antarperguruan tinggi dalam riset terapan dan pendidikan berbasis proyek.
"Jadi sinergi kuat antara akademisi dan industri akan mempercepat penerapan hasil riset untuk menyelesaikan persoalan nyata di sektor perikanan," tegasnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Eddy Suprayitno, M.S. dari Universitas Brawijaya mengajak seluruh pihak memperkuat kerja sama lintas disiplin untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim dan ketahanan pangan.
"Untuk itu penting adanya diversifikasi produk perikanan berbasis teknologi dan ramah lingkungan demi keberlanjutan industri," demikian Eddy.
Baca juga: Kena sanksi! 56 pegawai Ditjenpas Kalteng dikirim ke Nusa Kambangan
Baca juga: YBM PLN salurkan laptop-printer dukung digitalisasi pendidikan
Baca juga: Kemenkeu-Kemenkes saksikan langsung layanan kesehatan di Palangka Raya
