Berlin (ANTARA) - Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte memperingatkan bahwa Rusia bisa menyerang negara-negara anggota pakta pertahanan itu dalam lima tahun ke depan.
Dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich di Berlin, Jerman, pada Kamis (11/12), Rutte juga mendesak para anggota NATO untuk meningkatkan belanja pertahanan dan memperkuat daya tangkal.
"Kita harus benar-benar jelas tentang ancaman ini. Kita adalah target berikutnya bagi Rusia," kata dia.
Rutte menegaskan bahwa pertahanan NATO saat ini masih mampu bertahan.
"Namun, dengan ekonomi yang didedikasikan untuk perang, Rusia bisa siap menggunakan kekuatan militernya terhadap NATO dalam waktu lima tahun," katanya, menambahkan.
Rutte mengatakan Rusia telah meningkatkan produksi pertahanannya secara signifikan selama perang di Ukraina.
Rusia memproduksi sekitar 2.000 rudal jelajah dan balistik tahun ini serta menghasilkan sekitar 2.900 drone serang setiap bulan, katanya.
Dia menuduh Rusia melancarkan perang hibrida terhadap negara-negara Barat serta mendalangi operasi rahasia, serangan sabotase terhadap infrastruktur penting, dan pelanggaran wilayah udara, termasuk dengan drone.
"Respons NATO terhadap provokasi Rusia sejauh ini tenang, tegas, dan proporsional. Namun, kita harus bersiap menghadapi potensi eskalasi dan konfrontasi lebih jauh," kata Rutte.
Seraya menekankan bahwa "serangan terhadap satu anggota berarti serangan terhadap semuanya," dia mengatakan bahwa "setiap agresor harus tahu bahwa kita bisa dan akan membalas dengan keras."
Dalam diskusi panel setelah pidatonya, Rutte menyambut keputusan pemerintah Jerman untuk meningkatkan belanja pertahanan dan rencana untuk melakukan investasi pertahanan besar-besaran.
Dia menilai langkah Jerman itu signifikan mengingat ekonominya paling besar di Eropa. Dia juga mengkritik mereka yang menentang langkah itu dan memperingatkan bahwa ancaman Rusia itu nyata.
"Saya tahu di Jerman, ada sebagian orang yang mempertanyakan, apakah kita benar-benar perlu melakukan ini? Ya. Jika Anda mencintai bahasa Jerman dan tidak ingin berbicara bahasa Rusia, ini sangat penting,” kata dia dalam diskusi itu bersama Menteri Luar Negeri Jerman, Johann Wadephul.
"Ini sesuatu yang mutlak, karena kalau tidak, orang ini tidak akan berhenti di Ukraina. Itulah yang harus benar-benar kita waspadai," kata Rutte, merujuk pada seseorang yang kemungkinan adalah Presiden Rusia Vladimir Putin.
Sumber: Anadolu
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
