Maraknya Pembuangan Bayi Dampak Pergaulan Bebas

id kotim, sampit, P2TP2A, Forisni Aprilista, pembuangan bayi

Maraknya Pembuangan Bayi Dampak Pergaulan Bebas

Kondisi bayi laki-laki yang ditemukan di kloset toilet Citimall Sampit saat dibersihkan di RSUD dr Murjani Sampit, Rabu (14/6/17) Istimewa

Sampit (Antara Kalteng) - Maraknya kasus pembuangan bayi di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, bisa jadi merupakan dampak pergaulan bebas yang makin parah, khususnya di kalangan remaja yang tidak mampu mengendalikan diri.

"Pembuangan bayi ini ada kemungkinan dampak dari pergaulan bebas yang semakin marak dilakukan oleh anak-anak remaja kita," kata Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Forisni Aprilista di Sampit, Kamis.

Menurutnya, mereka melakukan hubungan seks tanpa berpikir panjang dampak dari kelakuan tersebut dan secara emosi pastinya juga belum siap untuk bertanggung jawab.

Pendapat ini disampaikan Forisni menanggapi kasus temuan bayi baru lahir di dalam kloset toilet lantai dua Citimall Sampit pada Selasa (13/6) sekitar pukul 19.30 WIB lalu. Bayi laki-laki seberat 0,5 kilogram itu kemudian meninggal di RSUD dr Murjani Sampit pada Rabu (14/6) sekitar pukul 00.20 WIB.

Ini kasus ketiga yang terjadi di Sampit sepanjang 2017 ini. Sabtu (3/6) lalu, petugas kebersihan menemukan jasad bayi laki-laki di tempat sampah di perempatan Jalan H Mansur-Walter Condrad Kecamatan Baamang.

Kasus penemuan bayi juga terjadi pada Kamis (23/2) lalu di Jalan Tjilik Riwut Km 8, Baamang Hulu Kecamatan Baamang. Pasangan suami istri, Normansyah (40) dan Nursehan (38), menemukan bayi laki-laki di atas tempat bensin eceran depan warungnya sekitar pukul 05.30 WIB.

Menurut Forisni, hal ini tidak bisa dibiarkan karena akan mengancam generasi penerus. Masalah ini harus menjadi perhatian serius dari semua untuk bersama-sama menanggulanginya.

Dibutuhkan kerjasama berkelanjutan untuk mengatasi masalah ini, bukan sekadar gerakan gerakan sesaat dan seremonial. Ini menyangkut masa depan generasi bangsa. Negara dipertaruhkan jika generasi penerusnya semakin banyak yang mengabaikan nilai-nilai moral dan agama.

"Yang sangat diperlukan sebenarnya memberikan pemahaman, terutama kepada orangtua, baru kemudian kepada anak-anak. Jadi hal ini harus dilakukan dengan dua arah agar hasilnya bisa efektif. Sebenarnya P2TP2A pun bisa saja melakukan sosialisasi sebagai bentuk pencegahan pergaulan bebas tersebut, tapi terkendala dana sangat minim untuk bisa menjangkau ke semua wilayah di Kabupaten Kotawaringin Timur ini," kata Forisni atau akrab disapa Lis.

P2TP2A berusaha maksimal membantu masalah seperti ini. Namun secara organisasi, minimnya perhatian instansi terkait, khususnya dalam hal pengalokasian anggaran, membuat P2TP2A tidak bisa berbuat lebih banyak lagi padahal masalah ini sangat serius.