Sampit (ANTARA) - Pencapaian yang cukup membanggakan diraih pelajar SMPN 1 Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah yang bakal mewakili Indonesia pada lomba penelitian tingkat internasional di Cyberjaya Malaysia.
Kepala SMPN 1 Sampit Suyoso di Sampit, Kamis, mengatakan pencapain itu karena dukungan Dinas Pendidikan pada tahun lalu dalam memberikan kesempatan mewakili Kotim dan Kalteng melakukan riset yang digelar mitra Kemendikbudristek yang didukung oleh Kemendikti.
"Dukungan itu membuat 18 siswa kami masuk final nasional, dan satu di antara karya anak-anak itu diberikan kesempatan ke tingkat internasional," ucapnya.
Dia menyebut, setelah berhasil mengungguli peserta lainnya di ajang nasional selanjutnya dua pelajar SMPN 1 Sampit akan mengikuti lomba penelitian tingkat internasional. Kedua pelajar itu adalah Elena Giselle Lantan dan Ilonka Rezky Hyzkia.
Untuk mendukung pengembangan potensi murid di bidang ini, SMPN 1 Sampit juga bekerja sama dengan Labkesda Kotim, Pembimbing Penelitian SMPIT Arafah Sampit, yaitu Esther Rachmadiasari dan Yuli Karyati dan tenaga ahli dari salah satu perusahaan besar swasta.
Tak hanya itu, dalam rangka persiapan mengikuti lomba penelitian internasional kedua pelajar ini juga mendapat dukungan dari yayasan penyelenggara kegiatan riset nasional untuk mendapatkan penguatan, baik dari segi publikasi maupun pendalaman penelitian.
"Adapun, karya yang akan ditampilkan anak-anak kami ini nanti adalah karya berbasis kearifan lokal, yaitu pemberdayaan tumbuhan gelinggang. Karya ini yang dipilih dari ajang tingkat nasional sebelumnya dan sudah siap," ujarnya.
Gelinggang atau bernama latin Cassia Alata L, biasanya tumbuh liar di hutan atau pinggir jalan dan semak belukar, sehingga sering disamakan dengan tanaman perdu pengganggu. Padahal gelinggang mempunyai manfaat yang luar biasa.
Khususnya bagi masyarakat Dayak, tanaman ini sering dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Tanaman ini memiliki sifat anti jamur, sehingga sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit kulit, seperti kurap, panu dan kudis.
Pelajar SMPN 1 Sampit melihat peluang dari khasiat tanaman ini yang bisa dikembangkan agar bisa memberikan manfaat yang lebih, disamping untuk objek lomba penelitian.
"Nantinya karya ini akan menjadi milik Kotim, Kalteng bahkan Indonesia. Karena saya juga sudah mencari informasi terkait materi ini dan memang belum ada yang memproduksi, sehingga kami mengikuti alur persyaratan inovasi agar kita diberi kesempatan memiliki karya ini secara formal," lanjutnya.
Dalam rangka persiapan dan penguatan peserta lomba penelitian tingkat internasional, SMPN 1 Sampit didukung Dinas Pendidikan (Disdik) Kotim menggelar publikasi karya inovasi dan penelitian siswa di aula kantor Disdik Kotim.
Baca juga: DLH Kotim tegaskan penanganan sampah tanggung jawab bersama
Kegiatan ini bisa disebut sebagai simulasi sebelum kedua peneliti belia itu menyampaikan presentasi di depan dewan juri nantinya. Selain itu, kegiatan ini dimaksudkan sebagai ulasan resmi untuk pengesahan karya dengan melibatkan Bapperida dan Dinas Kesehatan.
Pihaknya juga mengundang sejumlah tenaga pendidik dari sekolah lain dengan harapan agar dapat memberikan manfaat untuk pengembangan pendidikan di Kotim. Sebab, menurutnya kegiatan ini cocok sekali dengan konsep pembelajaran mendalam atau deep learning.
"Kami juga meminta doa dan dukungan dari seluruh masyarakat Kotim, khususnya pemerintah daerah agar kami bisa meraih hasil terbaik dalam ajang internasional yang insyaallah akan dilaksanakan pada 24-28 September di Malaysia," demikian Suyoso.
Kepala Disdik Kotim Muhammad Irfansyah menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap kedua pelajar SMPN 1 Sampit yang akan mengikuti lomba penelitian tingkat internasional.
Menurutnya, capaian ini cukup luar biasa mengingat berbagai kendala yang harus dihadapi pelajar Kotim dalam mengembangkan potensi di bidang penelitian. Contohnya fasilitas laboratorium yang terbatas dan toko bahan kimia yang jarang ada.
"Saya sangat mengapresiasi kepada kedua pelajar SMPN 1 Sampit ini, karena jarang anak-anak kita yang bisa tembus ajang nasional apalagi internasional. Karena memang kita kekurangan dari segi peralatan dan fasilitas, tidak seperti kota-kota besar," ujarnya.
Baca juga: Disdik Kotim dorong peningkatan kompetensi guru PAUD
Ia melanjutkan, keberhasilan pelajar SMPN 1 Sampit tembus ke ajang internasional ini membuktikan bahwa putra-putri daerah mampu bersaing meski dengan berbagai keterbatasan yang ada.
Sebelumnya, siswa SMA Negeri 2 Sampit berhasil lolos ke ajang internasional di India melalui inovasi pewarna makanan dari tanaman lokal. Pengalaman itu menjadi bukti bahwa dengan kreativitas, keterbatasan bukan halangan untuk berprestasi.
Ia pun berharap kedepannya akan muncul lebih banyak peneliti belia di Kotim yang mampu berkarya dan membuat inovasi yang bermanfaat bagi banyak orang.
Terlebih, dari segi potensi sumber daya alam di Kotim masih banyak yang bisa digali dan itu menjadi keunggulan bagi daerah tersebut yang jarang dimiliki daerah lain.
"Saya juga berharap agar prestasi ini bisa dilanjutkan ke jenjang SLTA, jadi tidak berhenti di SMP saja. Sebab inovasi itu bukan hanya seputar teknologi tetapi justru yang banyak diminati itu yang berhubungan dengan alam dan itu bisa kita eksplorasi di sini," tambahnya.
Tak lupa, Irfansyah menyampaikan apresiasi kepada para guru pembimbing yang terus membina siswa hingga mampu menembus tingkat internasional. Menurutnya, peran guru sangat besar dalam mengarahkan dan mengasah potensi peserta didik.
"Tanpa bimbingan bapak-ibu guru, anak-anak kita tentu sulit mengembangkan bakatnya. Kolaborasi antara siswa, orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar sangat penting untuk keberhasilan mereka," demikian Irfansyah.
Baca juga: DPRD Kotim sambut hangat kehadiran pabrik pengolahan sawit
Baca juga: Kadin Kotim dorong kemudahan birokrasi untuk dukung investasi
Baca juga: Kebersihan Pelabuhan Sampit diprioritaskan demi kenyamanan penumpang