"Sepuluh tahun kemudian, warga New York yang merokok berkurang. Kita hidup lebih lama, industri berkembang, dan tidak ada yang mau kembali ke bar dan restoran yang penuh asap rokok," kata Bloomberg dalam pertanyaan tertulisnya.
Beberapa tahun yang lalu, New York mengeluarkan Undang-Undang (UU) Udara Bebas Asap Rokok saat awal masa pemerintahan Bloomberg sebagai walikota. UU itu melarang warganya merokok di dalam bar, restoran, dan tempat kerja.
Tahun berikutnya, kota menyediakan terapi nikotin bebas biaya kepada para perokok yang ingin berhenti. Sejak ntahun 2011, larangan merokok meluas hingga ke area parkir dan bahkan pantai.
Berdasarkan laporan yang diterima Reuters, Rabu (27/3) waktu setempat, jumlah orang dewasa yang merokok merosot hingga sepertiga menjadi 15 persen di tahun 2011. Padahal tahun 2002, jumlahnya sebanyak 21,5 persen.
Laporan yang dikeluarkan Departemen Kesehatan itu juga menyebutkan pemuda berusia di bawah 18 yang merokok kini berjumlah 8,5 persen.
Beberapa pekan lalu, Bloomberg mengumumkan rencananya agar toko tidak memajang rokok maupun tembakau hingga terlihat pengunjung. Beberapa pemilik toko dan pabrik rokok mengkritik rencana tersebut karena menganggapnya kurang penting.
Bloomberg juga mengusulkan harga minimum rokok sebesar 10,5 dolar per bungkus dengan harapan perokok menganggap kebiasaannya terlalu mahal. Kedua RUU itu kini berada di dewan kota.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas