9
Juli nanti adalah hari Pemilu Presiden, saat rakyat Indonesia memilih
dan memutuskan presiden baru pengganti Susilo Yudhoyono yang telah dua
kali menjabat sejak 2004 lalu. Konvensi Partai Demokrat akan banyak
menyita waktu Wirjawan sebagai menteri.
Wirjawan adalah menteri pertama dalam semua kabinet sejak Orde Baru memerintah hingga kini yang mundur pada saat masih menjabat.
"Beliau
ingin menghindari konflik kepentingan. Itu langkah cukup bagus, kami
acungkan jempol," kata Febryanty, di Jakarta, Jumat.
"Kalau
beliau sebagai menteri akan terpecah konsentrasinya. Saya kira Pak Gita
sudah cerdas," kata Febyanty, sekaligus dia katakan sebagai keseriusan
Wirjawan menjadi calon presiden.
"Saya menilai,
Pak Gita akan habis-habisan untuk konvens. Dia juga tidak ingin
terkesan menggunakan fasilitas negara ketika melakukan kampanye atau
sosialisasi sebagai peserta konvensi," ujar Febyanty.
Wirjawan
mundur, kata dia, bukan berarti melepaskan tanggung jawab saat ada
masalah melanda, di antaranya impor beras, garam, dan lain sebagainya.
"Prestasi yang dibuat Pak Gita cukup berhasil, Beliau sudah meninggalkan prestasi ini sudah tepat untuk mundur," katanya.
"Waktu
itu pernah menyatakan ingin mundur, mungkin dianggap belum tepat karena
banyak sekali persoalan saat itu sehingga beliau tidak jadi. Jadi
mundurnya beliau sekarang tidak ada kaitannya dengan masalah itu," kata
dia.
Sedangkan untuk Menteri BUMN, Dahlan
Iskan, dia menyatakan, bila Iskan sanggup membagi waktu antara tugasnya
sebagai menteri dan menjalani konvensi, tak perlu mundur.
"Kami serahkan kepada Pak Dahlan soal tersebut. Kalau tak sanggup, tiru langkah Pak Gita," kata dia.