Palangka Raya (Antara Kalteng) - Sejumlah nelayan keramba yang melakukan usaha peternakan di sekitar bantaran Sungai Kahayan, Palangka Raya, mengaku khawatir dengan semakin surutnya debit air sungai tersebut akibat masuknya wilayah itu pada musim kemarau.
"Awal kemarau saja debit Sungai Kahayan sudah mengalami penurunan. Jika keadaan terus begini saya khawatir ternak keramba saya bisa gagal panen karena ikannya mati, pasalnya saat ini untuk bibit ikan yang masih kecil sebagian tak bisa bertahan," kata Salahuddin (45) seorang peternak keramba, di Palangka Raya, Rabu.
Ia mengatakan, semakin surutnya debit air sungai tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan kehidupan ikan di kerambanya. Hal tersebut karena kualitas air Sungai Kahayan menurun akibat permukaan air sungai lebih rendah.
"Itu yang memicu kematian ikan. Selain itu, juga pencemaran sungai karena di hulu ada penambangan emas tradisional yang juga menambah parah mutu air sungai," kata dia.
Ia mengatakan, saat ini telah sekitar 10-15 persen ikan budidayanya mengalami kematian khususnya untuk yang masih berumur 15-20 hari.
Warga lainnya, Amat (40) mengatakan, surutnya debit air sungai membuat kecepatan arus berkurang, akibatnya makanan untuk ikan tidak memadai.
"Air surut, pakan alami dari sungai berkurang, kualitas air juga semakin buruk, ikan jadi sakit, lalu mati. Produksi ikan budidaya pun berkurang. Selain itu, saya dengar pencarian ikan dengan racun dan setrum di sungai masih terjadi," katanya.
Ia mengemukakan, jenis ikan yang dipeliharanya ialah ikan nila, ikan bawal, ikan patin dan ikan mas.
"Suhu air sungai yang juga menjadi panas mengakibatkan hanya ikan yang telah berumur sekitar tiga bulan ke atas yang biasanya lebih tahan dengan keadaan seperti ini. Antisipasinya kita minimalkan bibit yang ditebar. Selain itu kita upayakan panen lebih cepat meski hal tersebut berdampak pada hasil kita," katanya.
Untuk itu, ia pun berharap pemerintah dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang biasa terjadi saat memasuki musim kemarau.