Kotawaringin Timur Kesulitan Tangani Gelandangan dan Pengemis

id pengemis, gepeng, dinsosnakertrans kotim

Kotawaringin Timur Kesulitan Tangani Gelandangan dan Pengemis

Ilustrasi - Salah satu gepeng di jalanan. (FOTO ANTARA Kalteng/Alfa)

Sampit (Antara Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, cukup kesulitan menangani gelandangan dan pengemis (Gepeng) karena daerah ini belum memiliki rumah singgah untuk menampung mereka.

"Gelandangan dan pengemis yang ditangkap sebagian orangnya itu-itu juga. Mereka tidak jera. Kendala kita karena belum ada rumah singgah untuk tempat membina mereka," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotawaringin Timur, Bima Ekawardhana di Sampit, Minggu.

Pembangunan rumah singgah di Kotawaringin Timur dirasa mendesak untuk pembinaan masalah-masalah sosial. Namun diakui, pembangunan rumah singgah membutuhkan biaya cukup besar karena tidak hanya penyediaan bangunan fisik, tetapi juga personel dan fasilitas untuk operasional rumah singgah.

Keberadaan gelandangan dan pengemis di Kotawaringin Timur, khususnya di Sampit, sering dikeluhkan. Pekan tadi, belasan anak jalanan berdandan ala "punk" serta gelandangan dan pengemis terjaring razia. Penanganannya sama seperti sebelumnya, mereka dipulangkan ke daerah asal tanpa ada rehabilitasi karena daerah ini belum memiliki rumah singgah.

Meski begitu, Bima menegaskan pihaknya bersama instansi terkait akan terus menertibkan gelandangan dan pengemis agar tidak meresahkan masyarakat. Masyarakat juga diminta mendukung upaya yang dilakukan pemerintah daerah supaya gelandangan dan pengemis tidak kembali datang ke Kotawaringin Timur.

"Masyarakat juga harus membantu pemerintah daerah menangani ini. Jangan lagi memberi uang kepada gepeng supaya mereka tidak manja, dan ketagihan untuk meminta-minta di daerah kita," ajak Bima.

Gelandangan dan pengemis sering berkeliaran di Sampit. Terlebih saat bulan suci Ramadhan, biasanya mereka berdatangan untuk mengemis meski sudah tahu akan digaruk petugas jika ada razia. Kedermawanan masyarakat Sampit ternyata dimanfaatkan sekelompok orang untuk menjadikan mengemis sebagai pekerjaan.