Tradisi Mendongeng Sudah Banyak Dilupakan Masyarakat, Benarkah?

id Tradisi mendongeng, psikolog anak Seto Mulyadi, kegiatan Gerakan Budaya Baca Masyarakat

Tradisi Mendongeng Sudah Banyak Dilupakan Masyarakat, Benarkah?

Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Purwokerto (Antara Kalteng) - Tradisi mendongeng yang dilakukan orang tua kepada anak-anaknya sudah banyak dilupakan, kata psikolog anak Seto Mulyadi yang akrab dipanggil Kak Seto.

"Padahal, ini (mendongeng) sumber di mana anak-anak memupuk minat baca karena sumber dongengnya adalah dari buku-buku itu," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.

Kak Seto mengatakan hal itu kepada wartawan di sela-sela kegiatan Gerakan Budaya Baca Masyarakat Banyumas (Gebyarmas) yang digelar Forum Komunikasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Kabupaten Banyumas bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto di halaman Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto.

Lebih lanjut, dia mengatakan di tingkat ASEAN, Indonesia menempati peringkat ketiga dari bawah dalam hal literasi minat baca.

Oleh karena itu, kata dia, upaya meningkatkan minat baca perlu menjadi gerakan nasional.

Terkait hal itu, dia memberikan apresiasi kepada Presiden Joko Widodo yang memberikan bantuan 10.000 buku bacaan untuk setiap titik kegiatan pegiat minat baca.

Menurut dia, budaya gemar membaca buku perlu dimulai dari lingkungan keluarga dan lingkungan RT/RW.

"Untuk meningkatkan budaya gemar membaca buku, mungkin harus ada perpustakaan di tingkat RT/RW. Kalau bisa, perpustakaan keluarga dan orang tua membaca kembali dan itu mulai dari mendongeng sebetulnya," kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) itu.

Dalam kegiatan tersebut, Kak Seto berkesempatan bercerita atau mendongeng dan mengajak ratusan anak-anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk bernyanyi bersama.