Jakarta (Antara) - Perseroan Terbatas Bank Central Asia Tbk (PT BCA) berencana menurunkan bunga deposito secara bertahap pada semester kedua 2017 agar dapat mengurangi biaya dana dan juga menambah pundi-pundi pendapatan perusahaan.
"Kami mau turun sedikit-sedikit 'rate deposit', ya, nanti akan dampak positif pada laba," kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja di Jakarta, Kamis petang.
Pada Semester I 2017, Jahja mengatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) BCA sangat terbantu dengan pertumbuhan deposito yang hingga 33 persen (year on year/yoy) atau menjadi Rp145,3 triliun.
Pertumbuhan dana deposito tersebut karena BCA di akhir 2016 menaikkan bunga deposito sebesar 1 persen. Dari kenaikan bunga tersebut, BCA menikmati tambahan simpanan deposito hingga Rp15 triliun di paruh pertama 2017.
Akbat pertumbuhan deposito tersebut, porsi dana murah (Current Account/Saving Account/CASA) BCA turun tipis menjadi 74 persen dari sebelumnya 77 persen.
Jahja mengatakan bahwa pada Semester II 2017, dengan rencana penurunan bunga deposito, porsi CASA dapat naik tipis menjadi 75 s.d. 76 persen dan 24 s.d. 25 persen sisanya deposito.
Adapun posisi rasio pinjaman terhadap total pendanaan (loan to funding ratio/LFR) BCA juga tampak cukup longgar, yakni 74,5 persen.
Meskipun demikian, Jahja mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin terlalu ambisius dalam menyalurkan kredit.
Ia masih mempertahankan target pertumbuhan kredit BCA di akhir tahun, yakni 10 persen (yoy). Padahal, pada Semester I 2017, kredit BCA sudah tumbuh 11,9 persen (yoy).
Jahja mengatakan bahwa secara tahun kalender berjalan atau kurun Januari s.d. Juni 2017, sebenarnya pertumbuhan kredit belum terlalu baik, yakni di kisaran 4 persen.
"Kami belum berani, misalnya pasang pertumbuhan kredit hingga 12 persen (yoy), kecuali nanti permintaan kredit infrastruktur besar dan penarikannya juga besar," katanya.
Pada Semester I 2017, BCA memupuk laba Rp10,5 triliun atau tumbuh 10 persen (yoy) dari laba Semester I 2016.