KKP respons usulan sabuk Pantai Ujung Pandaran

id ujung pandaran, KKP,diskan kotim

KKP respons usulan sabuk Pantai Ujung Pandaran

Pembuatan sabuk pantai sangat bermanfaat menanggulangi abrasi di Pantai Ujung Pandaran. (Foto Jurnalis Warga)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merespons usulan pembangunan sabuk pantai tambahan di objek wisata Pantai Ujung Pandaran Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

"Hasil evaluasi begitu (pembangunan sabuk pantai tambahan, red.), tapi finalnya setelah dilaporkan ke Ibu Menteri KKP Susi Pudjiastuti. Kita doakan saja hasilnya baik," kata Kepala Dinas Perikanan Kotawaringin Timur, Heriyanto, di Sampit, Rabu.

Pemerintah daerah memang berharap pembangunan sabuk pantai dilanjutkan agar kawasan wisata itu benar-benar aman dari abrasi. Selama ini, kuatnya gelombang laut Jawa membawa dampak ambrasi yang parah di pantai tersebut.

Puluhan rumah warga terpaksa dibongkar karena fondasinya ambles tergerus abrasi. Para nelayan korban abrasi kemudian direlokasi ke perumahan yang dibangun pemerintah pusat, yakni sebanyak 88 unit rumah.

Akhir 2017, Kementerian Kelautan dan Perikanan membuat sabuk pantai sepanjang 1.200 meter dengan biaya sekitar Rp6 miliar. Bentuknya berupa kantong tebal memanjang dengan diameter satu meter yang diisi pasir, kemudian dipasang di lokasi terdampak abrasi.

Sabuk pantai berfungsi menahan gelombang agar tekanannya tidak lagi menimbulkan abrasi. Cara itu dinilai berhasil karena gelombang yang sampai ke bibir pantai melemah dan tidak lagi membawa dampak kerusakan pantai.

Namun, masih ada lokasi yang terdampak abrasi sehingga diperlukan pembuatan sabuk pantai tambahan. Program itu penting untuk menyelamatkan pantai yang merupakan objek wisata andalan Kotawaringin Timur.

Heriyanto mengaku bersyukur Kementerian Kelautan dan Perikanan kembali merespons usulan pembuatan sabuk pantai tersebut. Keseriusan itu ditunjukkan dengan mengutus Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Balok Bidiyanto, datang ke Kotawaringin Timur.

"Beliau meninjau pembangunan sabuk pantai yang sudah selesai dibangun tahun 2017 lalu. Rencananya sabuk pantai lanjutan akan dibangun sampai melewati kubah. Panjangnya sekitar 1.800 meter. Mudah-mudahan saja disetujui," katanya.

Kepala Desa Ujung Pandaran, Aswinnor, berharap pembangunan sabuk pantai dilanjutkan. Masih ada lokasi yang perlu diselamatkan dari abrasi, khususnya objek wisata religi yaitu makam atau kubah seorang ulama yang ada di ujung timur pantai tersebut.

"Abrasi masih terjadi ke arah timur. Sabuk pantai yang ada cukup efektif menahan abrasi, tapi kurang panjang, makanya kami berharap ditambah lagi supaya semua terlindungi dari gelombang," katanya.

Pantai Ujung Pandaran terletak di Kecamatan Teluk Sampit, berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit, Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur. Setiap akhir pekan dan hari libur, pantai itu selalu ramai didatangi wisatawan.

Saat libur panjang seperti libur Lebaran dan Tahun Baru, pantai itu biasanya dipadati puluhan ribu wisatawan yang sebagian berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Tengah, bahkan Kalimantan Selatan.

Selain keindahan pantai dan pemandangan rutinitas nelayan, Pantai Ujung Pandaran juga memiliki objek wisata religi, yakni kubah atau makam ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjary.

Ulama tersebut merupakan buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjary atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kelampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.