BPS gunakan metode KSA dapatkan data pertanian yang berkualitas
Akibat ketidaksingkronan data tersebut, Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan yang relatif keras. 'Kementerian ini ada proyek survey, kementerian ini ada proyek cari data, kementerian ini ada proyek cari informasi. Enggak. Stop! Stop! Satu Dat
Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Badan Pusat Statistik bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Badan Informasi Geospasial menggunakan metode Kerangka Sampel Area sebagai upaya meningkatan kualitas data dibidang pertanian.
Metode KSA tersebut digunakan karena dikembangkan BPTP dan telah mendapat penghargaan dari LIPI, kata kata Kasi Statistik Pertanian BPS Kalteng Harisman, saat workshop wartawan bertema Dengan Data Tingkatkan Prestasi Bangsa, di Palangka Raya, Selasa.
"Kantor Staff Kepresiden, dan Forum Masyarakat Statistik juga merekomendasikan penggunaan metode KSA tersebut. Jadi, sejak Juni 2018 metode KSA itu sudah digunakan untuk mendapatkan data pertanian yang berkualitas," tambahnya.
Harisman bercerita, peningkatan kualitas data pertanian tersebut bermula dari adanya ketidaksingkronan produksi dan konsumsi padi di Indonesia. Di mana, Data Kementerian Pertanian Republik Indonesia, produksi beras pada tahun 2015 mencapai 43,9 juta ton, sedangkan konsumsi hanya berkisar 33,3 juta ton.
Berdasarkan data tersebut, Indonesia di tahun 2015 mengalami surflus sebesar 10,6 juta ton. Namun, dari hasil data BPS, pada tahun itu negara ini tetap mengimpor beras dan jumlanya cukup banyak, yakni 861,60 ribu ton.
Akibat ketidaksingkronan data tersebut, Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan yang relatif keras. 'Kementerian ini ada proyek survey, kementerian ini ada proyek cari data, kementerian ini ada proyek cari informasi. Enggak. Stop! Stop! Satu Data yang sekarang kita pakai, BPS'.
"Pernyataan Presiden itu sekitar tanggal 26 April 2016 yang ditayangkan salah satu media," ucap Harisman.
Hal itu lah yang membuat BPS bersama BPTP dan BIG diminta untuk membenahi dan meningkatkan kualitas pertanian menggunakan metode KSA. Metode ini bertujuan memperoleh data luas panen di Indonesia yang objektif, akurat, cepat dan modern.
Kasi di BPS Kalteng itu mengatakan, metodenya estimasi luas dengan menggunakan Dot Sampling Method. Level Estimasinya di tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dan waktu pengamatan 7 hari terakhir setiap bulan.
Keuntungan kerangka sampel area lebih sederhana karena metode statistik yang digunakan Dot Sampling Method atau tidak membutuhkan list frime. Petugas pun mudah melakukan pengamatan dengan menggunakan aplikasi android, atau tanpa kuesioner dan tidak perlu menemui petani untuk wawancara.
"Hasilnya pun dapat dipercaya dan diandalkan, biaya lebih efisien karena tidak perlu mencetak kuesioner, dan hasil pengamatan dapat disajikan dengan cepat," demikian Harisman. ***1***
Metode KSA tersebut digunakan karena dikembangkan BPTP dan telah mendapat penghargaan dari LIPI, kata kata Kasi Statistik Pertanian BPS Kalteng Harisman, saat workshop wartawan bertema Dengan Data Tingkatkan Prestasi Bangsa, di Palangka Raya, Selasa.
"Kantor Staff Kepresiden, dan Forum Masyarakat Statistik juga merekomendasikan penggunaan metode KSA tersebut. Jadi, sejak Juni 2018 metode KSA itu sudah digunakan untuk mendapatkan data pertanian yang berkualitas," tambahnya.
Harisman bercerita, peningkatan kualitas data pertanian tersebut bermula dari adanya ketidaksingkronan produksi dan konsumsi padi di Indonesia. Di mana, Data Kementerian Pertanian Republik Indonesia, produksi beras pada tahun 2015 mencapai 43,9 juta ton, sedangkan konsumsi hanya berkisar 33,3 juta ton.
Berdasarkan data tersebut, Indonesia di tahun 2015 mengalami surflus sebesar 10,6 juta ton. Namun, dari hasil data BPS, pada tahun itu negara ini tetap mengimpor beras dan jumlanya cukup banyak, yakni 861,60 ribu ton.
Akibat ketidaksingkronan data tersebut, Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan yang relatif keras. 'Kementerian ini ada proyek survey, kementerian ini ada proyek cari data, kementerian ini ada proyek cari informasi. Enggak. Stop! Stop! Satu Data yang sekarang kita pakai, BPS'.
"Pernyataan Presiden itu sekitar tanggal 26 April 2016 yang ditayangkan salah satu media," ucap Harisman.
Hal itu lah yang membuat BPS bersama BPTP dan BIG diminta untuk membenahi dan meningkatkan kualitas pertanian menggunakan metode KSA. Metode ini bertujuan memperoleh data luas panen di Indonesia yang objektif, akurat, cepat dan modern.
Kasi di BPS Kalteng itu mengatakan, metodenya estimasi luas dengan menggunakan Dot Sampling Method. Level Estimasinya di tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, dan waktu pengamatan 7 hari terakhir setiap bulan.
Keuntungan kerangka sampel area lebih sederhana karena metode statistik yang digunakan Dot Sampling Method atau tidak membutuhkan list frime. Petugas pun mudah melakukan pengamatan dengan menggunakan aplikasi android, atau tanpa kuesioner dan tidak perlu menemui petani untuk wawancara.
"Hasilnya pun dapat dipercaya dan diandalkan, biaya lebih efisien karena tidak perlu mencetak kuesioner, dan hasil pengamatan dapat disajikan dengan cepat," demikian Harisman. ***1***