Sampit (Antaranews Kalteng) - Tradisi budaya Mandi Safar yang akan dilaksanakan di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah pada Rabu (7/11) nanti merupakan salah satu agenda pariwisata yang diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah ini.
"Kotawaringin Timur terus meningkatkan pengembangan pariwisata sesuai tekad menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata di Kalimantan Tengah. Setiap tahun, wisatawan terus meningkat," kata Bupati H Supian Hadi di Sampit, Kamis.
Supian mengaku menanggapi santai kesangsian sejumlah pihak terhadap keputusan pemerintahannya mengembangkan secara serius sektor pariwisata. Dia yakin sektor ini akan menjadi sektor andalan baru untuk mendongkrak pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan infrastruktur pariwisata terus dilakukan dan ternyata saat ini pun dampaknya mulai terasa. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah ini terus meningkat sehingga berimbas pada perputaran uang di masyarakat yang juga meningkat.
Pengembangan pariwisata tidak hanya melulu pada wisata alam seperti pantai dan hutan, tetapi juga bisa pada wisata buatan. Potensinya juga tidak kalah besar, bahkan cenderung meningkat karena makin diminati.
Event-event pariwisata seperti tradisi Mandi Safar, Simah Laut, Mamapas Lewu dan Mampakanan Sahur dan lainnya, terus dipoles agar makin menarik minat wisatawan. Makin banyak wisatawan yang datang maka akan berdampak positif terhadap perekonomian.
"Kita harus terus berinovasi supaya orang mau datang. Manfaatkan teknologi untuk promosi. Hal kecil, saat ini orang suka ber-selfie, itu harus kita fasilitasi dengan menyiapkan titik-titik menarik bagi wisatawan yang ingin berfoto," kata Supian.
Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur mengajak wisatawan dan masyarakat menyaksikan tradisi Mandi Safar di Sungai Mentaya Sampit pada 7 November nanti.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, seremonial tradisi Mandi Safar akan dilaksanakan di Ikon Jelawat di pinggir Sungai Mentaya. Puncaknya yaitu mandi bersama di Sungai Mentaya depan Dermaga Habaring Hurung.
Untuk memeriahkan acara ini, serangkaian lomba akan digelar mulai pukul 07.00 pagi, yaitu lomba tari pesisir, maulid Al Habsyi dan peragaan busana batik Kotawaringin Timur. Acara puncaknya dilaksanakan pada siang hari, yakni bersama-sama mandi bercebur di Sungai Mentaya.
Tradisi Mandi Safar merupakan tradisi masyarakat berupa bersama-sama mandi di sungai sebagai simbol dan sekaligus harapan membersihkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Tradisi yang kini dikemas menjadi agenda pariwisata daerah itu biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar.
Panitia sudah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengawal pelaksanaan Mandi Safar. Petugas akan bersiaga untuk mencegah jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti ada yang tenggelam maupun kecelakaan air.
Warga yang tidak bisa berenang maupun sedang dalam kondisi tidak sehat, disarankan tidak ikut mandi bercebur untuk menghindari kejadian tidak diinginkan. Anak kecil yang ikut mandi juga harus dalam pengawasan orangtua mereka.
Dari tahun ke tahun, event ini makin banyak menarik minat wisatawan lokal dan luar daerah. Pemerintah daerah juga memanfaatkan event ini sebagai ajang promosi, seperti kreasi busana batik Sampit dan lainnya untuk mendorong pelaku usaha kecil dan menengah.
Tidak diketahui persis sejak kapan tradisi ini dimulai, namun hingga kini sebagian masyarakat masih melaksanakannya. Selain di lokasi seremonial yang dilaksanakan pemerintah, biasanya kegiatan serupa juga digelar masyarakat di lokasi lain seperti di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kotabesi.