Menyedihkan, jenazah nelayan Kotim ditemukan terjepit di kapalnya

id Menyedihkan, jenazah nelayan Kotim ditemukan terjepit di kapalnya,Gelombang tinggi,Satiruk,Pulau hanaut,Kotawaringin Timur,Sampit

Menyedihkan, jenazah nelayan Kotim ditemukan terjepit di kapalnya

Jenazah Yahya ditemukan di kapalnya sesaat sebelum dievakuasi, Minggu (16/12/2018) malam. (Foto Istimewa)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Seorang nelayan bernama Yahya (56) ditemukan tak bernyawa dengan posisi terjepit di kapalnya yang terdampar di pantai kawasan Dusun Cemeti Desa Satiruk Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah.

"Jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 19.30 WIB tadi malam. Kejadian ini juga sudah dilaporkan kepada polisi," kata Camat Pulau Hanaut H Eddy Mashami dihubungi dari Sampit, Senin.

Informasi masyarakat, kejadian berawal ketika korban berpamitan kepada istrinya untuk melaut pada Minggu (16/12) sekitar pukul 02.00 WIB. Seperti biasa, korban berangkat sendirian dari rumahnya di Desa Bapinang Hilir menggunakan kapal motor berukuran sedang.

Tidak diketahui persis kejadiannya, namun masyarakat menduga kejadian nahas itu akibat kapal korban dihantam gelombang sehingga mengakibatkan korban terjatuh di perahunya sendiri. Saat itu perairan laut Satiruk memang sedang dilanda gelombang tinggi.

Sekitar pukul 14.30 WIB, seorang nelayan bernama Aini yang hendak melaut, melihat sebuah kapal nelayan terdampar di pantai Dusun Cemeti yang cukup jauh dari permukiman penduduk. Saat mendekati kapal, Aini kaget karena di dalam kapal tersebut terdapat jenazah seorang pria.

Saat ditemukan, kondisi jenazah Yahya, sebelah kakinya terperosok atau terjepit palang kapal. Ada dugaan dia terjatuh saat kapalnya dihantam gelombang. Korban diduga terbentur keras karena ada bekas benturan di bagian kepala pria malang tersebut.

Aini kemudian menginformasikan temuan itu kepada warga dan ternyata ada yang mengenali identitas bahwa korban adalah Yahya. Kejadian itu juga dilaporkan kepada polisi.

Jenazah korban kemudian dievakuasi dan tiba di rujah duka sekitar pukul 20.00 WIB. Pihak keluarga menerima kejadian itu sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan visum.

"Jenazah dimakamkan hari ini di kampung beliau di Desa Bapinang Hilir," kata Eddy.

Sebagian besar pria di Kecamatan Pulau Hanaut memang berprofesi sebagai nelayan tradisional. Mereka umumnya menggunakan peralatan tradisional dan armada yang tidak terlalu besar sehingga rawan saat terjadi gelombang tinggi.

Eddy mengimbau masyarakatnya meningkatkan kewaspadaan saat melaut, apalagi saat ini gelombang sedang tinggi. Jika cuaca sedang buruk, warga diminta tidak memaksakan diri melaut karena sangat berbahaya.