Gubernur ajak Pemkab Kotim patungan dana memulai pembangunan Jembatan Mentaya
Sampit (Antaranews Kalteng) - Gubernur Kalimantan Tengah H Sugianto Sabran mengajak Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur patungan dana untuk memulai pembangunan Jembatan Mentaya yang membuka keterisolasian dua kecamatan di kawasan seberang menuju pusat Kota Sampit.
"Misalnya Kabupaten Kotawaringin Timur menyiapkan Rp10 miliar dan pemerintah provinsi Rp20 miliar untuk mengawali tiang pancang, lalu kita bicara dengan presiden. Kalau sudah kita mulai, saya yakin pemerintah pusat juga akan membantu," kata Sugianto di Sampit, Minggu.
Sugianto menilai pembangunan jembatan yang akan membentang di atas Sungai Mentaya itu sangat penting agar akses transportasi menuju Kecamatan Seranau hingga Pulau Hanaut menjadi lancar. Dampaknya, diharapkan dapat memacu perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah provinsi memperhatikan aspirasi masyarakat untuk membangun jembatan membentang di atas sungai selebar sekitar 520 meter. Keterisolasian yang terjadi saat ini membuat laju perekonomian masyarakat di kawasan di dua kecamatan itu menjadi terhambat.
Sugianto berinisiatif mengajak Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur patungan dana agar pembangunan jembatan itu bisa dimulai. Memulai pembangunan dengan dana daerah sebagai bentuk komitmen dan besarnya harapan pemerintah daerah memenuhi harapan masyarakat meski dihadapkan pada terbatasnya anggaran.
Jika Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur siap mengalokasikan anggaran untuk patungan dana tersebut, Sugianto berjanji pihaknya juga akan mengalokasikan anggaran. Dia yakin pembangunan Jembatan Mentaya akan membawa dampak positif sangat besar terhadap masyarakat.
"Makanya saya minta pemerintah kabupaten segera membebaskan lahan untuk pembangunan Jembatan Mentaya. Saya akan bantu. Kalau lahannya sudah dibebaskan, kami anggarkan pada tahun 2020 nanti," jelas Sugianto.
Sementara itu, masyarakat Kotawaringin Timur sangat berharap pembangunan Jembatan Mentaya bisa terwujud. Dampak positifnya tidak hanya terhadap masyarakat di dua kecamatan tersebut, tetapi juga secara luas terhadap perekonomian Kotawaringin Timur.
Persetujuan dan janji pembangunan Jembatan Mentaya pernah disampaikan Presiden Joko Widodo saat melakukan video conference dengan Bupati H Supian Hadi pada 29 April 2015 lalu dalam acara pencanangan Program Sejuta Rumah untuk Rakyat.
Saat itu Kotawaringin Timur adalah salah satu dari sedikit kabupaten di Indonesia yang diberi kesempatan melakukan video jarak jauh dengan presiden, disaksikan ratusan undangan.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Supian Hadi. Selain melaporkan kesiapan Program Sejuta Rumah untuk Rakyat, Supian juga berkeluh kesah tentang adanya dua kecamatan yang masih terisolasi jalan darat, padahal letaknya di seberang pusat kota dan hanya terpisah Sungai Mentaya.
Saat itu keluhan tersebut langsung direspons Presiden Joko Widodo. Selain menyetujui usulan pembangunan itu, saat itu presiden langsung memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum mengirim tim teknis untuk melakukan kajian lapangan dan membantu persiapannya.
Tiga tahun berlalu, rencana pembangunan tersebut belum ada kepastian. Sangat sulit bagi pemerintah daerah membangun jembatan itu dengan anggaran sendiri karena diperkirakan memerlukan biaya lebih dari Rp1 triliun.
Tahun 2015 lalu, Bupati H Supian Hadi meresmikan Jembatan Cempaga. Jembatan ini menghubungkan dua kawasan yang selama ini terpisah oleh sungai yakni Kecamatan Cempaga dan Seranau.
Sayangnya, rencana pembangunan lanjutan berupa badan jalan dari Jembatan Cempaga menuju desa-desa di Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut, sempat terkendala masalah status kawasan hutan. Namun tahun 2017, pemerintah menyetujui pengukuhan kawasan sehingga pembangunan jalan tersebut bisa dilaksanakan tahun ini.
Jika jalan itu terwujud, maka Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut tidak lagi terisolasi. Namun kendala lain adalah jaraknya yang cukup jauh. Untuk menyeberang ke pusat kota Sampit, warga Seranau harus memutar melalui Jembatan Cempaga dengan waktu tempuh bisa mencapai dua jam.
Untuk itulah, Jembatan Mentaya sangat dibutuhkan agar aktivitas perekonomian masyarakat semakin lancar. Harapannya agar kesejahteraan masyarakat juga semakin meningkat.
"Misalnya Kabupaten Kotawaringin Timur menyiapkan Rp10 miliar dan pemerintah provinsi Rp20 miliar untuk mengawali tiang pancang, lalu kita bicara dengan presiden. Kalau sudah kita mulai, saya yakin pemerintah pusat juga akan membantu," kata Sugianto di Sampit, Minggu.
Sugianto menilai pembangunan jembatan yang akan membentang di atas Sungai Mentaya itu sangat penting agar akses transportasi menuju Kecamatan Seranau hingga Pulau Hanaut menjadi lancar. Dampaknya, diharapkan dapat memacu perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah provinsi memperhatikan aspirasi masyarakat untuk membangun jembatan membentang di atas sungai selebar sekitar 520 meter. Keterisolasian yang terjadi saat ini membuat laju perekonomian masyarakat di kawasan di dua kecamatan itu menjadi terhambat.
Sugianto berinisiatif mengajak Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur patungan dana agar pembangunan jembatan itu bisa dimulai. Memulai pembangunan dengan dana daerah sebagai bentuk komitmen dan besarnya harapan pemerintah daerah memenuhi harapan masyarakat meski dihadapkan pada terbatasnya anggaran.
Jika Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur siap mengalokasikan anggaran untuk patungan dana tersebut, Sugianto berjanji pihaknya juga akan mengalokasikan anggaran. Dia yakin pembangunan Jembatan Mentaya akan membawa dampak positif sangat besar terhadap masyarakat.
"Makanya saya minta pemerintah kabupaten segera membebaskan lahan untuk pembangunan Jembatan Mentaya. Saya akan bantu. Kalau lahannya sudah dibebaskan, kami anggarkan pada tahun 2020 nanti," jelas Sugianto.
Sementara itu, masyarakat Kotawaringin Timur sangat berharap pembangunan Jembatan Mentaya bisa terwujud. Dampak positifnya tidak hanya terhadap masyarakat di dua kecamatan tersebut, tetapi juga secara luas terhadap perekonomian Kotawaringin Timur.
Persetujuan dan janji pembangunan Jembatan Mentaya pernah disampaikan Presiden Joko Widodo saat melakukan video conference dengan Bupati H Supian Hadi pada 29 April 2015 lalu dalam acara pencanangan Program Sejuta Rumah untuk Rakyat.
Saat itu Kotawaringin Timur adalah salah satu dari sedikit kabupaten di Indonesia yang diberi kesempatan melakukan video jarak jauh dengan presiden, disaksikan ratusan undangan.
Kesempatan itu tidak disia-siakan Supian Hadi. Selain melaporkan kesiapan Program Sejuta Rumah untuk Rakyat, Supian juga berkeluh kesah tentang adanya dua kecamatan yang masih terisolasi jalan darat, padahal letaknya di seberang pusat kota dan hanya terpisah Sungai Mentaya.
Saat itu keluhan tersebut langsung direspons Presiden Joko Widodo. Selain menyetujui usulan pembangunan itu, saat itu presiden langsung memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum mengirim tim teknis untuk melakukan kajian lapangan dan membantu persiapannya.
Tiga tahun berlalu, rencana pembangunan tersebut belum ada kepastian. Sangat sulit bagi pemerintah daerah membangun jembatan itu dengan anggaran sendiri karena diperkirakan memerlukan biaya lebih dari Rp1 triliun.
Tahun 2015 lalu, Bupati H Supian Hadi meresmikan Jembatan Cempaga. Jembatan ini menghubungkan dua kawasan yang selama ini terpisah oleh sungai yakni Kecamatan Cempaga dan Seranau.
Sayangnya, rencana pembangunan lanjutan berupa badan jalan dari Jembatan Cempaga menuju desa-desa di Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut, sempat terkendala masalah status kawasan hutan. Namun tahun 2017, pemerintah menyetujui pengukuhan kawasan sehingga pembangunan jalan tersebut bisa dilaksanakan tahun ini.
Jika jalan itu terwujud, maka Kecamatan Seranau dan Pulau Hanaut tidak lagi terisolasi. Namun kendala lain adalah jaraknya yang cukup jauh. Untuk menyeberang ke pusat kota Sampit, warga Seranau harus memutar melalui Jembatan Cempaga dengan waktu tempuh bisa mencapai dua jam.
Untuk itulah, Jembatan Mentaya sangat dibutuhkan agar aktivitas perekonomian masyarakat semakin lancar. Harapannya agar kesejahteraan masyarakat juga semakin meningkat.