Ini dampak negatif bagi pelaku pernikahan dini

id Pemkab Bartim,Barito Timur,Tamiang Layang,Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana,Pernikahan Dini

Ini dampak negatif bagi pelaku pernikahan dini

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Barito Timur, Dewi Murni Ibei (Foto Antara Kalteng / Habibullah)

Kita sampaikan dampaknya mulai dari dampak pada kesehatan, mental dan bahkan menjadi pemicu meningkatnya angka kemiskinan
Tamiang Layang (Antaranews Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana setempat terus berupaya menekan pernikahan dini yang dinilai rentan memicu masalah kesehatan, mental dan kemiskinan.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Barito Timur, Dewi Murni Ibei mengatakan, penekanan terhadap pernikahan dini mulai dengan sosialisasi kepada masyarakat.

"Kita sampaikan dampaknya mulai dari dampak pada kesehatan, mental dan bahkan menjadi pemicu meningkatnya angka kemiskinan," kata Dewi di  Tamiang Layang, Minggu.

Dampak negatif pernikahan dini bagi kesehatan antara lain cenderung terkena kanker servik. Hal ini disebabkan virus HPV (human papillomavirus) virus yang dapat menyebabkan tumbuhnya kutil di berbagai bagian tubuh termasuk organ intim, yang menyukai servik yang masih belum matang.

Baca juga: Bahaya Perempuan Menikah di Bawah Umur

Dampak lain seperti menjadi pemicu kehamilan yang masih belum cukup bulan. Kehamilan usia dini cenderung melahirkan anak sangat premature. Sementara si gadis bisa mengalami komplikasi bahaya kehamilan (preeklamsia) dan kejang-kejang yang ditandai kenaikan tensi darah.

"Kelahiran bayi yang prematur berpotensi menyebabkan tidak normalnya tumbuh kembang dan kesehatan bagi si bayi. Hal ini juga bisa menyebabkan stunting," ungkapnya.

Selain itu, remaja yang menikah sebelum usia 18 tahun berisiko menderita gangguan mental. Ini bisa terjadi karena emosi yang tidak bisa terkontrol dan belum bisa mengambil keputusan yang bijak.

"Jika demikian, potensi yang terjadi adalah kekerasan dalam rumah tangga yang menyebabkan trauma berat bahkan depresi dan bisa juga menjadikan gangguan mental," kata Dewi lagi.

Kurangnya edukasi pola merawat anak bisa menyebabkan tumbuh kembang anak yang tidak sehat. Hal ini bisa disebabkan faktor pola pikir orang tua yang masih muda yang mementingkan ego keperluan pribadi dari pada keperluan anak.

Dampak perceraian pada usia muda yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan, khususnya janda.

"Itulah sebabnya pernikahan dini terus ditekan dengan cara sosialisasi secara berjenjang hingga ke pelosok-pelosok sambil mensosialisasikan program keluarga berencana," demikian Dewi.

Baca juga: Ini daerah-daerah yang banyak pernikahan dini di Kalteng