PSK penghuni Merong sudah ada pulang sendiri, meski belum ditutup

id penutupan lokalisasi lembah durian ,lokalisasi merong muara teweh,dinas sosial pmd barito utara,psk lembah durian

PSK penghuni Merong sudah ada pulang sendiri, meski belum ditutup

Rapat penutupan lokalisasi 'Lembah Durian' yang dihadiri Wakil Bupati Sugianto Panala Putra di aula Bappeda Litbang Muara Teweh, Kamis. (Ist)

Muara Teweh (Antaranews Kalteng)- Sebanyak 78 orang pekerja seks komersial penghuni lokalisasi prostitusi 'Lembah Durian' Muara Teweh Kabupaten Barito Utara, Kalteng, kini ada sudah pulang sendiri sebelum tempat itu ditutup pemerintah.
    
"Mereka ada yang sudah pulang duluan sebagian besar ke Pulau Jawa, tercatat ada 20 orang pada gelombang pertama kemudian disusul tahap kedua sebanyak 58 orang, sehingga saat ini masih tersisa 39 orang yang berada di lokalisasi itu," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial,Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Barito Utara Eveready Noor di Muara Teweh, Kamis.
    
Menurut Pery panggilan akrab Eveready Noor, penghuni lokalisasi yang juga dikenal dengan nama 'Merong' terletak di Kilometer 3,5 Jalan Negara Muara Teweh - Puruk Cahu  ini pada 2018 ada sekitar 160 orang.Setelah didata kembali pada awal 2019 hanya tinggal 117 PSK dan kini sudah sebagian pulang sendiri.
    
Pemerintah daerah telah menggelar pertemuan terkait rencana pemulangan para PSK yang dihadiri Wakil Bupati Barito Utara Sugianto Panala Putra dan instansi terkait lainnya.
    
"Pada rapat itu penutupan lokalisasi direncanakan Juni 2019, para pemilik wisma mengusulkan penutupan pada Oktober 2019.Namun kami masih melakukan verfikasi atau validasi data bekas PSK, dan kepastian penutupan menunggu Keputusan Kemensos RI," kata Pery.
    
Pejabat Mewakili Kepala Dinas Sosial PMD Kalteng, Yogi Sandra mengatakan progres penutupan lokalisasi di Kabupaten Barito Utara berjalan baik. Tinggal tiga tahapan lagi yang harus dijalankan. 
    
"Pertama, verifikasi. Kedua, pemulangan dengan uang saku per orang Rp5,5 juta. Ketiga, deklarasi penutupan," kata Yogi Sandra.
    
Sementara  para muncikari atau germo, meminta kepada pemerintah untuk menunda atau pengunduran waktu penutupan, sampai hutang-hutang mereka dan anak buahnya lunas.
    
Salah seorang pengelola wisma lokalisasi "Merong", Saripudin Noor alias Udin mengatakan tidak membantah dengan sosialisasi penutupan lokalisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah beberapa waktu lalu. 
    
"Namun mengingat kami pernah kena musibah kebakaran, untuk membangun wisma baru kami harus pinjam uang dari bank. Kami sangat berharap, kalau bisa dekat akhir 2019, baru ditutup," ujarnya.
    
Dia menambahkan bukan hanya pemilik wisma, para PSK juga tercatat masih memiliki hutang di bank, hutang kepada rentenir, dan hutang kepada para pemilik wisma. Jika penutupan dilakukan usai pemilu, kemungkinan problema hutang dengan berbagai pihak belum terselesaikan.
    
"Pokoknya, kami minta akhir tahun ini tutup. Kami hanya minta waktunya dimundurkan," kata pria pemilik tiga wisma ini.