Palangka Raya (ANTARA) - Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah selama tahun 2018 sebesar 5,64 persen, lebih rendah dari tahun 2017 yang mencapai 6,72 persen, akibat pertambangan dan industri pengolahan.
Kinerja lapangan usaha pertambangan selama tahun 2018 mengalami kontraksi dan industri pengolahan melambat dari sisi penawaran, kata Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng Setian saat diseminasi kajian ekonomi keuangan regional Kalteng di Palangka Raya, Rabu.
"Pelambatan industri pengolahan itu pun berdampak terhadap melambatnya kinerja ekspor di sisi permintaan. Itu yang membuat pertumbuhan ekonomi di Kalteng mengalami gangguan selama tahun 2018," ucapnya.
Meskipun begitu, pertumbuhan ekonomi Kalteng untuk triwulan I tahun 2019 menurut prediksi BI, diperkirakan kembali meningkat. Hal itu didorong oleh perbaikan kinerja lapangan usaha pertambangan dan pertanian, seiring dengan permintaan negara mitra dagang utama.
"Konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor yang tetap terjaga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalteng dari sisi permintaan di triwulan I tahun 2019," kata Setian.
Baca juga: Tekanan harga jelang musim kampanye meningkat, ini yang dilakukan TPID Kalteng
Pria yang juga menjabat Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI perwakilan Kalteng menyebut, laju inflasi di provinsi ini pada tahun 2018 juga mengalami peningkatan dibaningkan tahun 2017.
Dia mengatakan angka inflasi Kalteng secara keseluruhan pada tahun 2018 tercatat sebesar 4,52 persen year on year, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 yang hanya sekitar 3,18 persen year on year.
"Inflasi Kalteng pada tahun 2018 juga tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan capaian inflasi Nasional yang hanya dikisaran sebesar 3,13 persen," kata Setian.
Peningkatan laju inflasi Provinsi Kalteng tahun 2018 dipengaruhi meningkatnya tekanan harga pada kelompok komoditas administered prices atau harga yang diatur oleh Pemerintah, dan kelompok komoditas volatile foods atau harga pangan bergejolak.
"Sementara kelompok komoditas core atau inti, juga mengalami inflasi. Tapi tekanannya tidak setinggi dua kelompok lainnya," demikian Setian.
Baca juga: Ketidakpastian ekonomi global ganggu pertumbuhan ekonomi Kalteng