Tamiang Layang (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah, Simon Biring menyatakan bahwa sampai saat ini ada 3.814 kasus inpeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat terdampak kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan.
Data itu sesuai data yang diterima dari 11 Puskesmas yang ada di Bartim sejak Juli hingga 15 September 2019, kata Simon di Tamiang Layang, Jumat.
"Itu baru kasus ISPA, belum lainnya. Jadi, memang dampak dari karhutla ini sangat tidak baik bagi kesehatan," tambahnya.
Dikatakan, pada bulan Juli terdapat 1.489 kasus ISPA dengan dua kategori yakni berusia di bawah lima tahun sebanyak 408 orang dan berusia diatas lima tahun sebanyak 1.081 orang. Padahal, dibulan Juli kabut asap belum muncul atau terjadi.
Pada bulan Agustus terjadi peningkatan menjadi 1.729 kasus atau meningkat sebanyak 240 kasus. Dilihat dari kategori usia di bawah lima tahun ada penurunan yakni 342 kasus atau menurun sebanyak 66 kasus.
Sedangkan pada kategori usia di atas lima tahun mengalami peningkatan menjadi 1.387 kasus atau meningkat sebanyak 306 kasus. Di bulan Agustus kabut asap mulai muncul atau terlihat namun belum mengganggu aktivitas warga.
"Per 15 September 2019, sudah ada 596 kasus ISPA dengan kategori semua umur. Di bulan ini asap muncul dan mulai menggangu aktivitas," beber Simon.
Melihat data tersebut, terlihat peningkatan yang cukup signifikan di Kabupaten Bartim, sehingga perlu ada upaya dan langkah serius dari semua pihak untuk bersama-sama menanggulangi karhutla.
Dia mengatakan Jumlah kasus ISPA meningkat itu ada di Kecamatan Dusun Timur, Pematang Karau, Paju Epat dan Awang. Sedangkan di kecamatan lainnya terjadi peningkatan yang tidak cukup signifikan.
Baca juga: Status tanggap darurat karhutla segera ditetapkan, kata Bupati Bartim
Sebagai antisipasi, lanjut Simon, Dinas Kesehatan Bartim telah membagikan 20 ribu lembar masker untuk masyarakat di 10 kecamatan melalui 11 Puskesmas yang tersebar. Pembagian dilakukan ke sekolah dan kepada masyarakat umum lainnya.
Di saat kabut asap menggangu aktivitas, warga diharapkan menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut agar terhindar dari dampak negatif kabut asap akibat karhutla.
"Jika ada masyarakat yang membutuhkan masker, bisa mendapatkannya di Puskesmas terdekat," ucap Simon.
Ditambahkan mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Katingan itu, Dinkes juga sudah menyiagakan 11 Puskesmas dan satu ruangan di RSUD Tamiang Layang untuk menyediakan ruang oksigen.
"Dari 11 Puskesmas ada 7 Puskesmas mampu melayani pemberian oksigen secara gratis nonstop selama 24 jam," demikian Simon.
Baca juga: Cegah masyarakat terpapar asap, pemkab Bartim sediakan 12 ruang oksigen
Kabut asap mengakibatkan 3.814 kasus ISPA terjadi di Bartim
Itu baru kasus ISPA, belum lainnya. Jadi, memang dampak dari karhutla ini sangat tidak baik bagi kesehatan