Kebijakan pembangunan Kotim belum berpihak pada nelayan
Sampit (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Rudianur menilai, arah kebijakan pembangunan pemerintah kabupaten setempat belum berpihak pada nelayan yang ada di daerah itu.
"Ini adalah fakta, karena sebagian besar kehidupan para nelayan di Kabupaten Kotawaringin Timur berada dibawah garis kemiskinan. Kondisi tersebut perlu perhatian serius pemerintah kabupaten," katanya di Sampit, Rabu.
Butuh terobosan baru untuk meningkatkan tarap hidup dan ekonomi para nelayan. Dan hal itu menjadi tugas dan kewajiban pemerintah kabupaten agar mereka tidak terus hidup dalam kemiskinan.
Pemerintah kabupaten hendaknya menambah anggaran guna menyokong dan mendukung program pembangunan peningkatan perekonomian, terutama dalam pembinaan terhadap nelayan.
"Peningkatan ekonomi nelayan tidak harus dengan bantuan dalam bentuk uang, namun kedepan program pembangunan yang dibuat pemerintah kabupaten harus benar-benar berpihak kepada nelayan," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kotawaringin Timur H M Taufiq Mukri mengakui jika kondisi sosial ekonomi nelayan di daerah itu masih berada pada posisi rawan di garis kemiskinan.
"Kondisi sosial ekonomi nelayan di daerah ini memang masih rawan di garis kemiskinan. Kami berupaya memperkuat kapasitas mereka sehingga bisa keluar dari keadaan tersebut," tegasnya.
Pemerintah kabupaten akan terus berupaya membina nelayan. Selian itu juga memfasilitasi peningkatan kapasitas keterpaduan antara pendidikan keahlian, teknologi, finansial, serta industri.
Pemerintah kabupaten juga akan mengevaluasi serta memperbaiki arah kebijakan pembangunan agar dapat merubah dan meningkatkan kehidupan ekonomi nelayan yang ada di daerah itu.
Di Kotawaringin Timur saat ini ada sekitar 25 desa yang kehidupan masyarakatnya sebagai nelayan. Mereka tersebar di 14 desa di wilayah pesisir bagian selatan Kotim, dan 11 desa diwilayah perairan umum bagian utara Kotim.
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan pencarian ikan. Sehingga nelayan banyak yang tidak memiliki penghasilan karena tidak memiliki pekerjaan lain, dan penghasilan mereka yang didapatkan selama mencari ikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama tidak ada pekerjaan.
"Itulah yang menjadi permasalahan sekarang, dan hal ini harus menjadi perhatian kita semua. Baik melalui pembinaan ataupun cara lainnya. Dan yang pasti mereka harus tetap memiliki penghasilan meski tidak melaut karena cuaca buruk," demikian Taufiq.
"Ini adalah fakta, karena sebagian besar kehidupan para nelayan di Kabupaten Kotawaringin Timur berada dibawah garis kemiskinan. Kondisi tersebut perlu perhatian serius pemerintah kabupaten," katanya di Sampit, Rabu.
Butuh terobosan baru untuk meningkatkan tarap hidup dan ekonomi para nelayan. Dan hal itu menjadi tugas dan kewajiban pemerintah kabupaten agar mereka tidak terus hidup dalam kemiskinan.
Pemerintah kabupaten hendaknya menambah anggaran guna menyokong dan mendukung program pembangunan peningkatan perekonomian, terutama dalam pembinaan terhadap nelayan.
"Peningkatan ekonomi nelayan tidak harus dengan bantuan dalam bentuk uang, namun kedepan program pembangunan yang dibuat pemerintah kabupaten harus benar-benar berpihak kepada nelayan," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kotawaringin Timur H M Taufiq Mukri mengakui jika kondisi sosial ekonomi nelayan di daerah itu masih berada pada posisi rawan di garis kemiskinan.
"Kondisi sosial ekonomi nelayan di daerah ini memang masih rawan di garis kemiskinan. Kami berupaya memperkuat kapasitas mereka sehingga bisa keluar dari keadaan tersebut," tegasnya.
Pemerintah kabupaten akan terus berupaya membina nelayan. Selian itu juga memfasilitasi peningkatan kapasitas keterpaduan antara pendidikan keahlian, teknologi, finansial, serta industri.
Pemerintah kabupaten juga akan mengevaluasi serta memperbaiki arah kebijakan pembangunan agar dapat merubah dan meningkatkan kehidupan ekonomi nelayan yang ada di daerah itu.
Di Kotawaringin Timur saat ini ada sekitar 25 desa yang kehidupan masyarakatnya sebagai nelayan. Mereka tersebar di 14 desa di wilayah pesisir bagian selatan Kotim, dan 11 desa diwilayah perairan umum bagian utara Kotim.
Yang menjadi permasalahan saat ini adalah jika kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk melakukan pencarian ikan. Sehingga nelayan banyak yang tidak memiliki penghasilan karena tidak memiliki pekerjaan lain, dan penghasilan mereka yang didapatkan selama mencari ikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama tidak ada pekerjaan.
"Itulah yang menjadi permasalahan sekarang, dan hal ini harus menjadi perhatian kita semua. Baik melalui pembinaan ataupun cara lainnya. Dan yang pasti mereka harus tetap memiliki penghasilan meski tidak melaut karena cuaca buruk," demikian Taufiq.