Sampit (ANTARA) - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kotawaringin Timur dan sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dalam sepekan terakhir, diyakini merupakan hasil modifikasi cuaca atau hujan buatan.
"Lima hari terakhir sebagian besar wilayah Kotawaringin Timur juga terjadi hujan. Hujan yang terjadi di sebagian wilayah Kalteng merupakan kontribusi dari hujan buatan yang dilakukan di Palangka Raya," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Senin.
Nur Setiawan mengatakan, informasi yang diterimanya, Minggu (6/10) siang dan sore, tim modifikasi cuaca di Palangka Raya kembali melakukan upaya pemicuan hujan buatan. Dua kali operasi itu dilakukan penyemaian garam di awan masing-masing 800 kg.
Saat ini masa peralihan ditandai atmosfer yang mulai basah sehingga dengan sedikit peyemaian garam maka sudah bisa membentuk awan hujan yang signifikan signifikan. Hasilnya, hujan turun dengan deras dan dalam waktu cukup lama.
Kondisi ini sangat berbeda ketika terjadi puncak kemarau pada September lalu. Saat itu tim modifikasi cuaca menyemai tiga ton garam, namun tingkat keberhasilannya sangat kecil karena atmosfer cukup kering sehingga sulit terjadi pembentukan awan yang akan disemai menjadi hujan.
"Curah hujan dua hari lalu 50 milimeter. Tadi malam di Sampit di atas 100 milimeter, termasuk hujan ekstrem yang cukup mampu memadamkan kebakaran lahan yang ada. Pagi tadi 108,4 milimeter. Pantauan laporan bahwa hujan yang terjadi terasa asin. Makanya ini diyakini imbas modifikasi cuaca," kata Nur Setiawan.
Dia memperkirakan, kawasan utara Kotawaringin Timur mulai memasuki musim hujan pada 10 Oktober. Satu minggu terakhir tren titik panas menurun sangat signifikan dan kualitas udara terus membaik.
"Potensi kawasan selatan perlu diwaspadai karena kekeringan masih signifikan. Kebakaran diperkirakan belum padam 100 persen. Potensi kebakaran saat ini masuk kategori masih mudah terbakar di wilayah Selatan," kata Nur Setiawan.
Dia mengatakan, jumlah hot spot atau titik selama kebakaran hutan dan lahan ini sebanyak
4.864 titik. Sebaran titik panas terbangak di Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan dan Seranau.
Puncak kemarau terjadi antara akhir Agustus hingga September lalu. Saat itu, titik panas naik signifikan dari 300 menjadi 4.000 titik.
Berita Terkait
Meski diguyur hujan deras, kampanye akbar Habib-Tommy berlangsung semarak
Kamis, 21 November 2024 9:59 Wib
Hujan deras iringi Masduki-Nur Efendi mendaftar ke KPU Sukamara
Jumat, 30 Agustus 2024 7:39 Wib
130 orang lebih tewas akibat hujan deras dan banjir di Sudan
Selasa, 27 Agustus 2024 11:22 Wib
Parade atlet Olimpiade Paris gunakan kapal diguyur hujan deras
Sabtu, 27 Juli 2024 7:01 Wib
Jokowi : Pembangunan di IKN mundur karena hujan deras
Selasa, 16 Juli 2024 15:03 Wib
Hujan diprakirakan guyur kota besar di Indonesia
Sabtu, 30 Maret 2024 12:47 Wib
Sejumlah kawasan di Kota Sampit tergenang pasca hujan deras
Jumat, 12 Januari 2024 17:48 Wib
Diguyur hujan deras, empat desa di Kotim terendam banjir
Senin, 27 November 2023 16:38 Wib