Pengamat nilai komposisi menteri pilihan Jokowi sebagai kabinet ahli
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Brawijaya Malang Wawan Sobari mengatakan bahwa komposisi menteri kabinet Indonesia Maju yang didominasi oleh para profesional non-partai politik, bisa dinilai sebagai kabinet ahli.
Wawan menjelaskan, pada kabinet Indonesia Maju kali ini, kursi menteri lebih didominasi dari kalangan profesional dibandingkan dengan menteri-menteri yang merupakan perwakilan dari partai politik koalisi.
"Secara sederhana, Jokowi berprinsip pada kabinet ahli, bukan hanya sekedar kabinet politik," kata Wawan, kepada Antara di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Menurut Wawan, memang ada beberapa nama yang dinilai berjasa kepada Presiden Joko Widodo seperti Erick Thohir dan Wishnutama Subandio. Namun, keduanya tetap merupakan menteri dari kalangan profesional yang memiliki prestasi pada bidang yang ditekuninya.
Pemilihan menteri-menteri yang didominasi kalangan profesional tersebut, dianggap wajar oleh Wawan, karena masih banyak tantangan yang cukup berat bagi Indonesia, baik saat ini maupun ke depannya.
"Ini langkah wajar yang dilakukan Jokowi. Tantangan sekarang ini cukup berat, soal ekonomi, ancaman resesi, ancaman persatuan, radikalisme, dan lainnya," kata Wawan.
Pada kabinet Indonesia Maju, terdiri dari 34 menteri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 kursi diisi dari kalangan profesional non-parpol, dan 16 kursi lainnya diisi oleh sosok berlatar belakang dari partai politik koalisi.
Sejumlah nama yang masuk dalam kategori profesional non-parpol antara lain adalah, Mahfud MD, Luhut Binsar Pandjaitan, Sri Mulyani Indrawati, Basuki Hadimuljono, Nadiem Makarim, Wishnutama Subandio, dan Erick Thohir.
Sementara para menteri yang berlatar belakang dari partai politik, antara lain Yasonna Laoly dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Syahrul Yasin Limpo dari Partai Nasdem, dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.
Wawan menjelaskan, pada kabinet Indonesia Maju kali ini, kursi menteri lebih didominasi dari kalangan profesional dibandingkan dengan menteri-menteri yang merupakan perwakilan dari partai politik koalisi.
"Secara sederhana, Jokowi berprinsip pada kabinet ahli, bukan hanya sekedar kabinet politik," kata Wawan, kepada Antara di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Menurut Wawan, memang ada beberapa nama yang dinilai berjasa kepada Presiden Joko Widodo seperti Erick Thohir dan Wishnutama Subandio. Namun, keduanya tetap merupakan menteri dari kalangan profesional yang memiliki prestasi pada bidang yang ditekuninya.
Pemilihan menteri-menteri yang didominasi kalangan profesional tersebut, dianggap wajar oleh Wawan, karena masih banyak tantangan yang cukup berat bagi Indonesia, baik saat ini maupun ke depannya.
"Ini langkah wajar yang dilakukan Jokowi. Tantangan sekarang ini cukup berat, soal ekonomi, ancaman resesi, ancaman persatuan, radikalisme, dan lainnya," kata Wawan.
Pada kabinet Indonesia Maju, terdiri dari 34 menteri. Dari jumlah tersebut, sebanyak 18 kursi diisi dari kalangan profesional non-parpol, dan 16 kursi lainnya diisi oleh sosok berlatar belakang dari partai politik koalisi.
Sejumlah nama yang masuk dalam kategori profesional non-parpol antara lain adalah, Mahfud MD, Luhut Binsar Pandjaitan, Sri Mulyani Indrawati, Basuki Hadimuljono, Nadiem Makarim, Wishnutama Subandio, dan Erick Thohir.
Sementara para menteri yang berlatar belakang dari partai politik, antara lain Yasonna Laoly dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Syahrul Yasin Limpo dari Partai Nasdem, dan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra.