Pulang Pisau (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah dr Mulyanto Budihardjo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Pande Putu Gina mengatakan, penderita demam berdarah dengue (DBD) di daerah itu adalah anak usia sekolah.
“Pada tahun 2018 lalu ada sebanyak 113 kasus penderita DBD yang tercatat dan 80 persen adalah usia sekolah,” terang Pande di Pulang Pisau, Rabu.
Pande menilai jumlah kasus 133 DBD pada 2018 lalu cukup tinggi sehingga menjadi perhatian serius agar tidak terulang. Wilayah yang tertinggi terdapat kasus DBD adalah Kecamatan Kahayan Hilir, Desa Pangkoh Kecamatan Pandih Batu, Kecamatan Maliku dan Kecamatan Jabiren Raya.
Melihat grafik dan pola peningkatan penderita DBD ini selama lima tahun terakhir ini, terang Pande, diprediksi penderita DBD mengalami peningkatan pada November, Desember, Januari dan Maret.
Dinas Kesehatan juga meminta kepada setiap puskesmas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat di wilayah kerjanya masing-masing untuk meminimalisir penderita penyakit ini saat memasuki musim penghujan. Penekanan kepada puskesmas ini sudah dilakukan mulai bulan September dan Oktober lalu.
Melihat penderita demam berdarah ini lebih menyerang pada usia sekolah, maka Dinas Kesehatan melakukan upaya pencegahan dengan menggerakkan melalui program Siswa Pemantau Jentik (Sismantik). Siswa yang sebelumnya sudah diberikan pemahaman dan pengetahuan dalam Sismantik bisa menerapkan kegiatan ini di rumah dan lingkungan sekitarnya.
Menurut Pande, fogging atau pengasapan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan, dinilai belum sepenuhnya efektif. Biasanya, fogging hanya dilakukan ketika ada penderita demam berdarah yang bertujuan agar nyamuk pembawa panyakit demam berdarah tidak menjangkit kepada masyarakat sekitarnya. Namun fogging atau pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik nyamuk tetap hidup.
Upaya pencegahan yang paling baik adalah pemberantas sarang nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing. Masyarakat harus melakukan gerakan 3M yakni menutup, menguras dan mengubur benda-benda yang bisa menjadi tempat bersarangnya nyamuk.
“Fogging tidak selamanya efektif. Selain itu, kendala dalam upaya pencegahan melalui fogging mempertimbangkan segi efisiensi, peralatan, tenaga dan biaya,” demikian Pande.
Berita Terkait
KSOP Sampit prediksi jumlah penumpang naik 20 persen
Rabu, 27 Maret 2024 6:10 Wib
Pemudik Lebaran 2024 di Kalteng diprediksi meningkat 17,41 persen
Selasa, 26 Maret 2024 17:05 Wib
Pelni Sampit dapat dispensasi 50 persen kuota penumpang
Selasa, 26 Maret 2024 5:36 Wib
Bupati Kotim: Realisasi pendapatan daerah 2023 capai 88,58 persen
Senin, 25 Maret 2024 20:14 Wib
Jelang Idul Fitri, harga daging biasanya naik 5-10 persen
Minggu, 24 Maret 2024 14:27 Wib
Pemudik di Pelabuhan Kumai diprediksi meningkat 20 persen
Kamis, 21 Maret 2024 20:12 Wib
Pemprov Kalteng berhasil turunkan prevalensi stunting sebesar 3,4 persen
Kamis, 21 Maret 2024 11:54 Wib
Indonesia bisa kuasai 61 persen saham Freeport lewat PP 96/2021
Senin, 18 Maret 2024 22:49 Wib