Para dai diingatkan untuk berceramah tanpa timbulkan ketegangan
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengingatkan para dai atau penceramah agar dalam berceramah memberikan kesejukan bagi masyarakat dan tidak menimbulkan ketegangan serta menakut-nakuti.
"(Dai) kalau berceramah jangan menimbulkan ketegangan dan nakut-nakuti. TV itu yang nonton banyak lho. Bukan hanya orang yang standarnya otak dan pengalamannya sama. Jadi kadang kala kalau menakut-nakuti itu menimbulkan ketegangan," kata Mahfud saat menjadi pembicara pada acara Standarisasi Kompetensi Dai, di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Kamis.
Baca juga: Masyarakat diminta abaikan hoaks soal COVID-19 di Indonesia
Kendati demikian, Mahfud menyarankan para dai agar berceramah dengan mendidik dan dapat disertai dengan humor.
"Humor boleh, asal mendidik dan tidak jorok," ucapnya.
Menurut dia, penceramah yang ceramahnya berisi tentang ketakutan akan membuat pendengarnya menjadi terpengaruh, khususnya pendengar yang pemahamannya rendah tentang agama.
Baca juga: Data WNI kombatan ISIS bertambah menjadi 699 orang, kata Mahfud MD
"Itulah yang kemudian menimbulkan ekstremisme, radikalisme, ditakut-takuti tanpa dasar yang kuat," ujar Mahfud.
Ia mencontohkan kasus mewabahnya virus Corona atau Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Namun, pemerintah menyerukan virus Corona jangan menimbulkan ketegangan.
Baca juga: Mahfud MD usul Polsek tak lagi berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan
"Coba (para dai) dibuat tenang masyarakat, sehingga tidak terjadi 'rush'. Pemerintah mengharapkan bahwa Corona itu diumumkan itu terbuka, iya, tetapi jangan nakut-nakuti," katanya.
Mahfud menyebutkan, dari 90 ribu orang yang terkena virus Corona yang meninggal sekitar tiga ribu orang.
"Ini kecil. Lebih banyak orang meninggal karena flu biasa. Lebih banyak lagi karena panik. Oleh sebab itu jangan membuat orang panik. Orang yang tahu kalau Corona itu tidak berbahaya, ditakut-takuti, awas harus pakai masker. Masker ditimbun lalu dijual kepada orang yang takut. Harganya yang biasanya Rp15 ribu menjadi Rp100 ribu, Rp300 ribu," katanya.
Baca juga: Mahfud MD tegaskan Omnibus Law tak boleh kekang kebebasan pers
Baca juga: Mahfud: Pemerintah tak cabut status kewarganegaraan WNI eks ISIS
Baca juga: Anak-anak WNI eks ISIS terlantar dipersilahkan melapor
"(Dai) kalau berceramah jangan menimbulkan ketegangan dan nakut-nakuti. TV itu yang nonton banyak lho. Bukan hanya orang yang standarnya otak dan pengalamannya sama. Jadi kadang kala kalau menakut-nakuti itu menimbulkan ketegangan," kata Mahfud saat menjadi pembicara pada acara Standarisasi Kompetensi Dai, di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Kamis.
Baca juga: Masyarakat diminta abaikan hoaks soal COVID-19 di Indonesia
Kendati demikian, Mahfud menyarankan para dai agar berceramah dengan mendidik dan dapat disertai dengan humor.
"Humor boleh, asal mendidik dan tidak jorok," ucapnya.
Menurut dia, penceramah yang ceramahnya berisi tentang ketakutan akan membuat pendengarnya menjadi terpengaruh, khususnya pendengar yang pemahamannya rendah tentang agama.
Baca juga: Data WNI kombatan ISIS bertambah menjadi 699 orang, kata Mahfud MD
"Itulah yang kemudian menimbulkan ekstremisme, radikalisme, ditakut-takuti tanpa dasar yang kuat," ujar Mahfud.
Ia mencontohkan kasus mewabahnya virus Corona atau Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Namun, pemerintah menyerukan virus Corona jangan menimbulkan ketegangan.
Baca juga: Mahfud MD usul Polsek tak lagi berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan
"Coba (para dai) dibuat tenang masyarakat, sehingga tidak terjadi 'rush'. Pemerintah mengharapkan bahwa Corona itu diumumkan itu terbuka, iya, tetapi jangan nakut-nakuti," katanya.
Mahfud menyebutkan, dari 90 ribu orang yang terkena virus Corona yang meninggal sekitar tiga ribu orang.
"Ini kecil. Lebih banyak orang meninggal karena flu biasa. Lebih banyak lagi karena panik. Oleh sebab itu jangan membuat orang panik. Orang yang tahu kalau Corona itu tidak berbahaya, ditakut-takuti, awas harus pakai masker. Masker ditimbun lalu dijual kepada orang yang takut. Harganya yang biasanya Rp15 ribu menjadi Rp100 ribu, Rp300 ribu," katanya.
Baca juga: Mahfud MD tegaskan Omnibus Law tak boleh kekang kebebasan pers
Baca juga: Mahfud: Pemerintah tak cabut status kewarganegaraan WNI eks ISIS
Baca juga: Anak-anak WNI eks ISIS terlantar dipersilahkan melapor