Begini upaya penyediaan fasilitas pemeriksaan COVID-19 di RSUD Doris Sylvanus

id Rsud doris sylvanus, palangka raya, rsds, virus corona, covid 19, kalteng, kalimantan tengah, bsl 2, laboratorium, swab, sampel

Begini upaya penyediaan fasilitas pemeriksaan COVID-19 di RSUD Doris Sylvanus

Ilustrasi - Petugas medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa menggunakan alat pelindung diri (APD) untuk penanganan pasien yang diduga terinfeksi virus corona (COVID-19). (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/foc)

Palangka Raya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah berupaya menyediakan fasilitas kesehatan yang bisa digunakan memeriksa sampel dari pasien terkait COVID-19 secara langsung.

"Sedang kami upayakan di RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya, agar pemeriksaan laboratorium guna menentukan COVID-19 atau tidak, bisa lebih cepat," kata Gubernur Kalteng Sugianto Sabran saat rapat bersama bupati dan wali kota melalui video telekonferensi di Palangka Raya, Senin.

Terkait hal itu, Direktur RSUD Doris Sylvanus Yayu Indriaty menjelaskan, pihaknya sudah mempersiapkannya sejak minggu lalu, melakukan koordinasi, kajian teknis dan meminta petunjuk pimpinan, agar Laboratorium Biosecurity Level (BSL) 2 itu bisa diadakan.

Pembangunan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kalteng. Diharapkan agar pengerjaannya sesuai target, sehingga BSL 2 tersebut selesai dalam satu hingga dua minggu kedepan, serta bisa segera dioperasionalkan.

"Namun hal ini juga tergantung pada primer atau reagen untuk pemeriksaan spesimen virus SarsCoV-2 yang menyebabkan COVID-19, apakah tersedia atau tidak, kami masih koordinasikan terus dengan Kementerian Kesehatan RI," katanya saat dihubungi dari Palangka Raya.

Ia menjabarkan, alat yang tersedia dan akan digunakan di Laboratorium BSL 2 tersebut, yaitu TCM atau Tes Molekular Cepat yang digunakan selama ini untuk deteksi bakteri tuberkulosis resisten, dan BSC atau Biosafety Cabinet untuk tempat pengelolaan preparat spesimen yang aman RSUD Doris Sylvanus memiliki dua unit yang siap digunakan.

Kemudian terkait sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasionalkan alat di RSUD Doris Sylvanus, ada satu orang ahli mikrobiologi, dibantu dua ahli mikrobiologi dari FK UPR dan RS Kota, serta tiga orang Ahli Patologi Klinik.

"Saat ini Kemenkes sudah menyetujuinya dan perlu komunikasi secara berkelanjutan untuk perijinannya," katanya.

Lebih lanjut ia menuturkan, apabila nantinya RSUD Doris Sylvanus bisa memeriksa sendiri, maka satu spesimen perlu waktu dari preparation ss pembacaan selama dua jam.

"Saat ini kita tergantung reagen nantinya. Semoga reagen segera tersedia karena informasinya masih belum sampai Indonesia, yaitu dari Amerika dan Swiss," jelas Yayu.

Untuk sekarang swab dilakukan tergantung kebutuhan, pasien yang ada rata-rata 20 spesimen swab yang pihaknya ambil. Pada alat memiliki sebanyak empat panel, sehingga mudah-mudahan bisa selesai semua dalam satu hari.