Jakarta (ANTARA) - Hepatitis C yang berujung pada kanker hati, merupakan salah satu penyakit yang timbul sebagai dampak dari penyalahgunaan narkoba melalui jarum suntik.
Dokter spesialis penyakit dalam yang tergabung dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Dr. Irsan Hasan mengatakan sekitar 74 persen mereka yang menyalahgunakan narkoba dengan jarum suntik.
"Hepatitis C kebanyakan kasus hubungannya dengan penggunaan narkoba suntik," kata dia dalam webinar, Jumat.
Baca juga: Haruskah semua penderita hepatitis minum obat antivirus?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan mereka yang menggunakan jarum suntik mendapatkan hepatitis C dari jarum suntik yang digunakan berkali-kali dan bersama-sama.
Berbagi atau menggunakan kembali jarum suntik meningkatkan kemungkinan penyebaran virus hepatitis C. Apalagi jika jarum suntik yang dipakai bisa dilepas, risiko virus menulari orang lain dapat lebih tinggi karena virus dapat bertahan pada lebih banyak darah setelah jarum disuntik ke tubuh.
Hingga saat ini tidak ada vaksin untuk hepatitis C. Penderita biasanya akan diberi obat oleh dokter agar penyakitnya tidak berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati dan kanker hati.
Baca juga: Benarkah masyarakat jarang menyadari idap hepatitis?
"Pada kasus hepatitis B, kanker hati bisa terjadi tanpa ada sirosis. Sementara hepatitis C, kanker hati umumnya didahului sirosis. Kedua hepatitis ini sifatnya berbeda," tutur Irsan.
Laman WebMD menyebut, walau hepatitis C bisa disembuhkan tetapi prosesnya tidak selalu mudah. Selama beberapa waktu, penderita membutuhkan suntikan menyakitkan dari obat yang disebut interferon dan pil yang disebut ribavirin.
Obat-obatan ini tidak menargetkan virus yang membuat sakit. Sebaliknya, obat meningkatkan sistem kekebalan tubuh penderita sehingga dia akan berjuang seperti halnya saat terserang flu.
Perawatan tidak selalu mengeluarkan virus dari tubuh dengan tingkat penyembuhan sekitar 50 persen bahkan bisa hanya 5-10 persen.
Di Indonesia, hepatitis C termasuk tiga penyebab tertinggi penyakit hati kronik selain hepatitis B dan NAFL.
Baca juga: Fakta dan mitos terkait hepatitis
Baca juga: Kenali penularan dan pencegahan hepatitis B
Baca juga: Begini cara melawan penyakit hepatitis A
Berita Terkait
Tingkatkan sinergitas guna mengejar target penurunan stunting
Rabu, 24 April 2024 16:01 Wib
Pemkot Palangka Raya diminta berikan pelatihan keterampilan bagi pendatang
Rabu, 17 April 2024 17:52 Wib
Masyarakat Palangka Raya diminta ikut gotong-royong bantu korban banjir
Kamis, 14 Maret 2024 20:37 Wib
Legislator Palangka Raya minta polisi tindak tegas wali murid pemukul siswa
Kamis, 7 Maret 2024 19:19 Wib
Optimalkan pendekatan preventif dalam menekan kenakalan remaja di Palangka Raya
Selasa, 5 Maret 2024 21:32 Wib
Supercar 'James Bond' Jaguar C-X75 kini legal di jalan raya
Jumat, 1 Maret 2024 14:41 Wib
Ada 2.325 tps alami salah konversi Formulir C. Hasil Pemilu 2024
Jumat, 16 Februari 2024 14:35 Wib
Super Junior L.S.S. luncurkan single terbaru 'C'MON'
Minggu, 4 Februari 2024 10:31 Wib