Perusahaan media harus jeli memanfaatkan peluang di masa pandemi
...yang dapat dilakukan perusahaan media agar tetap bertahan dan berkembang, yakni meningkatkan digitalisasi
Palangka Raya (ANTARA) - Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung hingga saat ini, berdampak terhadap menurunnya aktivitas perekonomian pada berbagai sektor, tidak terkecuali bisnis yang dijalankan oleh perusahaan media.
"Untuk itu perusahaan media termasuk yang berada di Kalimantan Tengah, harus mampu memanfaatkan berbagai peluang yang tersedia dengan baik," kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Kalimantan Tengah, Yudo Herlambang di Palangka Raya, Sabtu.
Hal itu ia ungkapkan pada diskusi forum pemimpin redaksi yang membahas masa depan bisnis media. Kegiatan tersebut digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Tengah.
Ia menjabarkan, akibat pandemi COVID-19 saat ini, kondisi ekonomi mengalami penurunan. Bahkan hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di berbagai negara lainnya di seluruh penjuru dunia.
Terjadinya penurunan itu, disebabkan menurunnya permintaan. Pandemi COVID-19 mengharuskan semua pihak membatasi berbagai macam aktivitas yang dimiliki, yakni mengurangi keluar rumah, menjaga jarak dan lainnya.
"Akibatnya permintaan menurun. Semua mengarah kepada permintaan, permintaan turun maka ekonomi pun menurun. Maka perusahaan media harus mampu menciptakan dan mendorong peningkatan permintaan tersebut," jelasnya.
Kendati pada masa pandemi COVID-19 ini bisnis media terdampak, menurutnya tetap ada peluang yang bisa dimaksimalkan.
Salah satu riset menyebutkan, bahwa banyak dari masyarakat Indonesia merupakan pengguna internet aktif, baik melalui fasilitas komputer maupun telepon pintar atau 'smartphone'.
"Tentunya hal ini menjadi peluang yang bisa dimaksimalkan di tengah pandemi yang masih melanda. Salah satu yang dapat dilakukan perusahaan media agar tetap bertahan dan berkembang, yakni meningkatkan digitalisasi," jelasnya.
Sementara itu Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia mengatakan, perusahaan media harus mampu berkembang dan melakukan berbagai terobosan untuk tetap bertahan.
Maka dari itu, seperti yang disampaikan berbagai tokoh dunia, jangan berpikir kondisi pandemi hanya sementara, sebab diperkirakan akan berlangsung setidaknya selama satu hingga dua tahun.
"Bisnis yang terpuruk harus mampu mencari celah dan berbagai peluang, diantaranya dengan mengembangkan model bisnis baru," tuturnya.
Menghadapi pandemi saat ini, tidak terkecuali bisnis media, harus mampu meningkatkan kualitas atau kemampuan yang dimiliki, fokus pada hal yang mungkin dilakukan, beralih dari 'offline selling' menjadi 'online selling', serta berbagai hal lainnya.
Namun di sisi lain, pihaknya juga mendorong pemerintah mengambil sejumlah kebijakan untuk membantu perusahaan media tetap bertahan pada masa pandemi saat ini.
Diantaranya memberikan insentif dana kepada perusahaan pers, subsidi harga kertas maupun iuran BPJS Kesehatan maupun Ketenagakerjaan dan beberapa kebijakan lainnya.
Andie menyebut, peran media sangatlah penting, termasuk di tengah pandemi saat ini, yakni menjembatani arus informasi tentang skala penyebaran virus maupun wacana yang asimetris tentang tingkat kegentingan situasi, memberikan informasi terbaru dan benar-benar valid kepada masyarakat dan lainnya.
"Untuk itu perusahaan media termasuk yang berada di Kalimantan Tengah, harus mampu memanfaatkan berbagai peluang yang tersedia dengan baik," kata Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Kalimantan Tengah, Yudo Herlambang di Palangka Raya, Sabtu.
Hal itu ia ungkapkan pada diskusi forum pemimpin redaksi yang membahas masa depan bisnis media. Kegiatan tersebut digelar oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Tengah.
Ia menjabarkan, akibat pandemi COVID-19 saat ini, kondisi ekonomi mengalami penurunan. Bahkan hal itu tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di berbagai negara lainnya di seluruh penjuru dunia.
Terjadinya penurunan itu, disebabkan menurunnya permintaan. Pandemi COVID-19 mengharuskan semua pihak membatasi berbagai macam aktivitas yang dimiliki, yakni mengurangi keluar rumah, menjaga jarak dan lainnya.
"Akibatnya permintaan menurun. Semua mengarah kepada permintaan, permintaan turun maka ekonomi pun menurun. Maka perusahaan media harus mampu menciptakan dan mendorong peningkatan permintaan tersebut," jelasnya.
Kendati pada masa pandemi COVID-19 ini bisnis media terdampak, menurutnya tetap ada peluang yang bisa dimaksimalkan.
Salah satu riset menyebutkan, bahwa banyak dari masyarakat Indonesia merupakan pengguna internet aktif, baik melalui fasilitas komputer maupun telepon pintar atau 'smartphone'.
"Tentunya hal ini menjadi peluang yang bisa dimaksimalkan di tengah pandemi yang masih melanda. Salah satu yang dapat dilakukan perusahaan media agar tetap bertahan dan berkembang, yakni meningkatkan digitalisasi," jelasnya.
Sementara itu Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia mengatakan, perusahaan media harus mampu berkembang dan melakukan berbagai terobosan untuk tetap bertahan.
Maka dari itu, seperti yang disampaikan berbagai tokoh dunia, jangan berpikir kondisi pandemi hanya sementara, sebab diperkirakan akan berlangsung setidaknya selama satu hingga dua tahun.
"Bisnis yang terpuruk harus mampu mencari celah dan berbagai peluang, diantaranya dengan mengembangkan model bisnis baru," tuturnya.
Menghadapi pandemi saat ini, tidak terkecuali bisnis media, harus mampu meningkatkan kualitas atau kemampuan yang dimiliki, fokus pada hal yang mungkin dilakukan, beralih dari 'offline selling' menjadi 'online selling', serta berbagai hal lainnya.
Namun di sisi lain, pihaknya juga mendorong pemerintah mengambil sejumlah kebijakan untuk membantu perusahaan media tetap bertahan pada masa pandemi saat ini.
Diantaranya memberikan insentif dana kepada perusahaan pers, subsidi harga kertas maupun iuran BPJS Kesehatan maupun Ketenagakerjaan dan beberapa kebijakan lainnya.
Andie menyebut, peran media sangatlah penting, termasuk di tengah pandemi saat ini, yakni menjembatani arus informasi tentang skala penyebaran virus maupun wacana yang asimetris tentang tingkat kegentingan situasi, memberikan informasi terbaru dan benar-benar valid kepada masyarakat dan lainnya.