Sampit (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Halikinnor mengatakan, ada dampak lain pandemi COVID-19 yang perlu menjadi perhatian yaitu ledakan angka kelahiran atau "baby boom" yang bisa menjadi persoalan baru dalam bidang sosial dan kependudukan.
"Banyak warga yang dulu bekerja, mereka dirumahkan. Bapak-bapak yang biasanya banyak bekerja di luar rumah, sekarang lebih banyak tinggal di rumah. Apalagi usia produktif. Ini tantangan besar BKKBN untuk mencegah lonjakan jumlah penduduk," kata Halikinnor di Sampit, Minggu.
Menurut Halikinnor, pemerintah tidak melarang warganya untuk memiliki anak lagi. Pemerintah hanya menyarankan keluarga mengatur kelahiran, dan akan lebih baik jika anak hanya dua orang.
Anjuran ini bertujuan agar keluarga bisa merencanakan dan mempersiapkan secara matang masa depan anak. Tujuan akhirnya adalah lahirnya keluarga dengan sumber daya manusia dan kesejahteraan yang terus meningkat.
Di saat pandemi COVID-19 yang membuat warga lebih banyak berdiam diri di rumah atau bahkan memang dirumahkan atau diberhentikan dari tempat mereka bekerja, juga bisa berpengaruh terhadap peningkatan angka kelahiran.
Optimalisasi program keluarga berencana (KB) menjadi upaya yang bisa ditempuh untuk mencegah "baby boom". Pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatur kelahiran agar tercipta keluarga berkualitas.
Baca juga: Sistem belajar tatap muka di Kotim masih berisiko
"Program KB harus dioptimalkan untuk mencegah "baby boom" itu dengan menunda kehamilan. Ini bukan sekadar mencegah lonjakan angka kelahiran, tetapi tujuannya untuk mendorong terciptanya keluarga berkualitas dan sejahtera," kata Halikinnor.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Kotawaringin Timur Hj Ellena Rosie mengatakan, pihaknya berupaya mengantisipasi kemungkinan terjadinya ledakan angka kelahiran di kabupaten ini.
"Dengan banyak di rumah terus, "baby boom" itu memang bisa terjadi. Kami mengantisipasinya dengan mengoptimalkan program KB. KB bukan melarang orang hamil, tapi menunda kelahiran supaya terencana sehingga tercipta keluarga berkualitas," kata Ellena Rosie.
Menurutnya, saat ini pertumbuhan penduduk di Kotawaringin Timur tidak signifikan. Dia optimistis fenomena "baby boom" di Kotawaringin Timur bisa dicegah dengan mengoptimalkan program KB.
Baca juga: Perhatian orangtua mampu cegah anak jadi korban asusila
Baca juga: Pantau coklit di Kotim, Ketua Bawaslu RI ingatkan cegah munculnya masalah