Sistem belajar tatap muka di Kotim masih berisiko

id Sistem belajar tatap muka di Kotim masih berisiko, pemkab Kotim, Multazam, Sampit, Kotim, Kotawaringin Timur

Sistem belajar tatap muka di Kotim masih berisiko

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, Multazam. ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Sekolah dengan sistem belajar tatap muka belum bisa dilaksanakan di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah karena daerah ini dinilai masih berisiko penularan COVID-19.

"Kotawaringin Timur masih risiko sedang (orange). Pemerintah pusat membuat kebijakan jelas soal ini dengan tujuan keselamatan masyarakat, khususnya peserta didik dan semua tenaga pendidik," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Minggu.

Saat ini ada aspirasi masyarakat agar sekolah kembali dilaksanakan dengan sistem tatap muka di sekolah. Berbagai alasan pun disampaikan, mulai dari jenuh dengan sistem belajar daring atau online, membengkaknya biaya paket data, kekurangan fasilitas, maupun alasan lainnya.

Menurut Multazam, perlu dihitung ulang beberapa indikator yang menjadikan peta berwarna merah, orange, hijau dan kuning. Ini penting sebagai acuan sehingga menjadi dasar yang jelas dalam pengambilan keputusan.

Dijelaskan, peta zonasi risiko daerah dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skoring dan pembobotan. Indikator-indikator yang digunakan adalah epidemilogi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

Indikator epidemiologi meliputi penurunan jumlah kasus positif pada minggu terakhir, penurunan jumlah kasus orang dalam pemantauan atau ODP dan pasien dalam pengawasan atau PDP pada minggu terakhir dan penurunan jumlah meninggal kasus positif pada minggu terakhir, masing-masing sebesar lebih dari 50 persen dari puncak.

Selain itu penurunan jumlah meninggal kasus ODP dan PDP pada minggu terakhir, penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di RS pada minggu terakhir, penurunan jumlah kasus ODP dan PDP yang dirawat di RS pada minggu terakhir, masing-masing sebesar lebih dari 50 persen dari puncak.

Ditambah lersentase kumulatif kasus sembuh dari seluruh kasus positif, kenaikan jumlah selesai pemantauan dari kasus ODP dan PDP selama dua minggu terakhir, laju insidensi kasus positif per 100.000 penduduk dan "mortality rate" kasus positif per 100.000 penduduk.

Indikator surveilans kesehatan masyarakat meliputi jumlah pemeriksaan sampel diagnosis meningkat selama dua minggu terakhir, "positivity rate" rendah dengan target kurang dari 5 persen sampel positif dari seluruh orang yang diperiksa.

Indikator pelayanan kesehatan meliputi jumlah tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah pasien positif COVID-19 yang dirawat di rumah sakit serta jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan mampu menampung sampai dengan lebih dari 20 persen jumlah ODP, PDP dan pasien positif COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Perhatian orangtua mampu cegah anak jadi korban asusila

Sumber data yang digunakan untuk mengukur indikator-indikator tersebut adalah data kasus positif dan pemeriksaan laboratorium berdasarkan data surveilans Kementerian Kesehatan. Selain itu, data pasien ODP, PDP, dan kapasitas pelayanan rumah sakit didapatkan berdasarkan data RS Online di bawah koordinasi Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

"Kita tidak boleh mengabaikan ini karena COVID-19 ini mengancam keselamatan. Jangan kita anggap remeh, tapi jangan pula ketakutan berlebihan. Kita ikuti anjuran pemerintah. Jalankan protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19," demikian Multazam yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kotawaringin Timur.

Sementara itu hingga Minggu siang, jumlah warga Kotawaringin Timur yang terjangkit COVID-19 sebanyak 73 orang, terdiri dari 58 orang sudah sembuh, 5 orang meninggal dunia dan 10 orang masih dirawat. Selain itu terdapat 59 orang berstatus sebagai ODP.

Dari data tersebut, termasuk di dalamnya satu orang pasien nomor 50 yaitu perempuan berusia 34 tahun asal Kecamatan Parenggean yang dinyatakan sembuh. Namun, juga terdapat dua pasien baru yaitu pasien nomor 72 dan 73 yaitu perempuan dari Kecamatan Mentaya Hilir Selatan yang ada riwayat bepergian ke daerah zona merah, dan seorang perempuan asal Kecamatan Parenggean yang sempat kontak erat dengan pasien nomor 67.

Baca juga: Pantau coklit di Kotim, Ketua Bawaslu RI ingatkan cegah munculnya masalah

Baca juga: KPU Kotim imbau parpol lebih awal daftarkan pasangan calon