Ekonomi tumbuh nol persen triwulan III butuh upaya keras, kata Sri Mulyani

id Sri Mulyani,Ekonomi tumbuh nol persen triwulan III,Menteri Keuangan,Ekonomi tumbuh nol persen triwulan III butuh upaya keras

Ekonomi tumbuh nol persen triwulan III butuh upaya keras, kata Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah), Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) dan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana (kanan) mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (24/8/2020). Raker tersebut membahas berbagai masalah diantaranya perkembangan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang baru terealisasi Rp174,9 triliun dari total anggaran Rp692,6 triliun.ANTARA FOTO/Reno Esnir/wsj.

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi mendekati nol persen pada triwulan III 2020 setelah triwulan II terkontraksi 5,32 persen membutuhkan upaya sangat keras.

"Kami sangat hati-hati bahwa kuartal III untuk bisa masuk ke zona nol persen itu butuh perjuangan yang luar biasa berat," katanya dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa.

Hal itu karena, menurut Sri Mulyani, beberapa kegiatan masyarakat dan ekonomi ternyata tidak mengalami akselerasi yang cepat pada Juli meskipun sudah terdapat pembalikan di beberapa sektor.

"Kalau lihat per sektor, kita lihat terekam dari kegiatan pembayaran pajaknya," ujarnya.

Ia menyebutkan untuk industri pengolahan masih terkontraksi pada Juli namun lebih baik dibandingkan Juni dan Mei.

"Mei paling dalam. Kami berharap tren ini terus membaik seiring dengan kalau konsumsi listrik dan kegiatan di industri mulai meningkat," katanya.

Baca juga: Pemberian pulsa gratis Rp200 ribu untuk PNS

Sementara itu, ia mengatakan untuk perdagangan meskipun sudah terjadi relaksasi ternyata belum menunjukkan adanya pembaikan dari sisi penerimaan pajak.

"Pada Juli bahkan kontraksinya lebih dalam dari Juni meskipun keduanya lebih baik dari Mei yang kontraksinya sampai 40 persen," katanya.

Sri Mulyani menuturkan kepulihan dari kegiatan perdagangan pada Juli ternyata juga tidak cukup stabil, kuat, dan bertahan seperti yang diharapkan oleh pemerintah.

"Tadinya kami harapkan Juli lebih baik dari Juni, ternyata tidak. Jadi ini harus kita waspadai dari sisi perdagangan. Ini nanti akan ada hubungannya dengan pengembalian konsumsi masyarakat," tegasnya.

Baca juga: Mulai Agustus, Sri Mulyani bebaskan PPN bahan baku kertas untuk media

Di sisi lain, untuk jasa keuangan masih konsisten membaik yaitu hanya terkontraksi 6,89 persen dibandingkan Juni yang sampai 11 persen dan minus 30 persen pada Mei.

Untuk konstruksi juga mengalami pembaikan namun pada Juli ternyata tidak membaik secara konsisten dibanding Juni. "Bahkan, Juli lebih dalam dari Juni," ujarnya.

Untuk sektor pertambangan masih konsisten kontraktif hampir mirip dengan Juni, sedangkan transportasi dan pergudangan yang pada Juni sudah membaik di level positif ternyata pada Juli kembali masuk zona negatif.

Baca juga: Sri Mulyani sampaikan berbagai usulan baru pemanfaatan biaya COVID-19

"Peta ini menggambarkan bahwa pemulihan ekonomi kita pada Juli masih sangat rapuh dan bahkan bisa terjadi pembalikan kembali," katanya.

Oleh karena itu, Sri Mulyani berusaha untuk menjaga ekonomi Indonesia agar tidak resesi dan mengupayakan berada di zona netral serta mengalami pemulihan.

"Kita lihat apakah pada Agustus tren ini tetap bisa bertahan di zona mendekati nol. Kita terus menjaga agar tidak mencapai resesi. Mungkin kita dalam hal ini masih struggle untuk bisa recover pada zona netral,” jelasnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Kriteria Pemda terima dana pemulihan ekonomi

Baca juga: Pekerja bergaji di bawah Rp5 juta akan dapat bansos, kata Menkeu