Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Daeng Mohammad Faqih mengatakan pemeriksaan rutin menggunakan polymerase chain reaction (PCR) terhadap dokter dan tenaga medis akan menekan risiko kematian dokter dari paparan virus corona.
"Terperiksanya secara rutin dengan PCR itu akan menekan risiko yang serendah-rendahnya," katanya saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Sebagaimana diketahui, kata Daeng, tingkat penularan pada tenaga medis, terutama dokter tergolong tinggi karena bersentuhan langsung dengan pasien positif COVID-19.
Oleh karena itu, proses perlindungan terhadap tenaga medis dibutuhkan di tengah ancaman COVID-19. IDI juga mengapresiasi dukungan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 yang ingin melakukan pemeriksaan PCR gratis bagi tenaga medis.
"Meskipun hal ini baru dimulai di Jabodetabek, kami berharap ini akan dilakukan di semua daerah terutama di sembilan atau 10 daerah sasaran utama yang kasus COVID-19-nya tinggi," tuturnya.
Menanggapi semakin tingginya kasus COVID-19 di Tanah Air ,bahkan menembus angka 4.000 per hari, IDI menilai ada dua hal penting dalam waktu dekat yang mesti disiapkan.
Pertama, terkait penambahan pelayanan kapasitas layanan kesehatan. Sebab, bila hal itu tidak dilakukan, IDI khawatir ada pasien yang sakit, namun tidak bisa mendapatkan ruangan perawatan.
Tidak hanya berdampak pada pasien, kondisi tersebut bila tidak ditindaklanjuti juga berdampak buruk pada tenaga kesehatan. Sebagai contoh, membeludaknya pasien di rumah sakit otomatis dokter maupun perawat akan kewalahan, sehingga mereka mudah tertular virus corona.
"Ini tidak hanya berdampak pada pasien dan dokter, tapi juga tenaga kesehatan secara umum, bahkan termasuk teman-teman yang membersihkan peralatan kesehatan di ruangan itu," katanya.
Kedua, IDI akan berembuk dengan seluruh tenaga kesehatan supaya mendorong masyarakat lebih disiplin lagi dalam menerapkan protokol kesehatan. "Minimal disiplin memakai masker," ujar dia.