Masa pandemi, investasi Asia Timur sektor perikanan turun
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Perikanan (Ditjen PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Berny A Subki mengatakan investasi dari negara-negara Asia Timur di sektor perikanan dan kelautan di Indonesia turun 17,95 persen karena kondisi pandemi Covid-19.
Berny dalam webinar "Menarik Minat Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan dari Wilayah Asia Timur", Rabu, mengungkapkan realisasi penanaman modal asing (PMA) dari Asia Timur, yakni China, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, di sektor kelautan dan perikanan hingga Semester I 2020 mencapai Rp639,29 miliar.
"Nilai investasinya turun 17,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019 sebesar Rp796,64 miliar. Ini jadi tantangan kita semua, ini tidak membuat kita putus asa tapi ini perlambatan yang harus kita sesuaikan dengan potensi yang ada," katanya.
Berny menuturkan sepanjang Semester I 2020, investasi asing dari negara-negara Asia Timur di sektor kelautan dan perikanan di Indonesia didominasi oleh China sebesar Rp550,11 miliar (86,05 persen) dari total realisasi investasi negara Asia Timur.
Ia juga mencatat sepanjang 2016-2020, investor China, Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan dominan berinvestasi di bidang usaha pengolahan sementara investor Jpeang dan China lebih dominan di bidang usaha budidaya.
"Ini bisa jadi dasar penyusunan rencana aksi ke depan," katanya.
Berny mengatakan secara total, PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor kelautan dan perikanan sepanjang Semester I 2020 mencapai Rp2,09 triliun, tumbuh 40,29 persen dibanding periode yang sama 2019.
Sementara itu, jika ditambahkan dengan kinerja investasi dari kredit investasi, realisasi investasi sektor kelautan dan perikanan mencapai Rp3,48 triliun, tumbuh 9,05 persen dibanding capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Bidang usaha pengolahan dan budidaya berkontribusi sangat besar terhadap realisasi investasi Semester I 2020, yakni masing-masing 32,02 persen dan 27,78 persen.
"Ini tantangan kita bekerja keras, meski masih pandemi kita harus berpikir bahwa pasca pandemi, kita sudah bisa siapkan harapan baru tempat tenaga kerja baru untuk siapkan investasi," kata Berny.
Berny dalam webinar "Menarik Minat Investasi Sektor Kelautan dan Perikanan dari Wilayah Asia Timur", Rabu, mengungkapkan realisasi penanaman modal asing (PMA) dari Asia Timur, yakni China, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, di sektor kelautan dan perikanan hingga Semester I 2020 mencapai Rp639,29 miliar.
"Nilai investasinya turun 17,95 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019 sebesar Rp796,64 miliar. Ini jadi tantangan kita semua, ini tidak membuat kita putus asa tapi ini perlambatan yang harus kita sesuaikan dengan potensi yang ada," katanya.
Berny menuturkan sepanjang Semester I 2020, investasi asing dari negara-negara Asia Timur di sektor kelautan dan perikanan di Indonesia didominasi oleh China sebesar Rp550,11 miliar (86,05 persen) dari total realisasi investasi negara Asia Timur.
Ia juga mencatat sepanjang 2016-2020, investor China, Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan dominan berinvestasi di bidang usaha pengolahan sementara investor Jpeang dan China lebih dominan di bidang usaha budidaya.
"Ini bisa jadi dasar penyusunan rencana aksi ke depan," katanya.
Berny mengatakan secara total, PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor kelautan dan perikanan sepanjang Semester I 2020 mencapai Rp2,09 triliun, tumbuh 40,29 persen dibanding periode yang sama 2019.
Sementara itu, jika ditambahkan dengan kinerja investasi dari kredit investasi, realisasi investasi sektor kelautan dan perikanan mencapai Rp3,48 triliun, tumbuh 9,05 persen dibanding capaian periode yang sama tahun sebelumnya.
Bidang usaha pengolahan dan budidaya berkontribusi sangat besar terhadap realisasi investasi Semester I 2020, yakni masing-masing 32,02 persen dan 27,78 persen.
"Ini tantangan kita bekerja keras, meski masih pandemi kita harus berpikir bahwa pasca pandemi, kita sudah bisa siapkan harapan baru tempat tenaga kerja baru untuk siapkan investasi," kata Berny.