Peninggalan makam raja Melayu berpotensi jadi destinasi wisata religi dunia

id Peninggalan makam raja Melayu,Tanjung Pinang,Provinsi Kepulauan Riau,Kepri

Peninggalan makam raja Melayu berpotensi jadi destinasi wisata religi dunia

Seorang pria melintas di depan Komplek Makam Sultan Syarif Qasim II dan keluarga di kawasan Siak Sri Inderapura, Siak, Riau, beberapa waktu lalu. Sultan Syarif Qasim II merupakan raja terakhir Kesultanan Melayu Riau yang wafat pada 23 April 1968 dan diberi gelar pahlawan nasional karena jasa-jasanya terhadap Republik Indonesia. (FOTO ANTARA/Ismar Patrizki)

Tanjung Pinang (ANTARA) - Pjs Gubernur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Bahtiar Baharuddin menyampaikan kondisi peninggalan makam-makam raja yang ada di daerah tersebut berpotensi besar menjadi tujuan wisata religi baik tingkat nasional maupun internasional, asal dikelola lebih maksimal lagi.

Menurutnya, para raja ini sebenarnya bukan hanya tokoh nasional namun juga Internasional karena Kerajaaan Melayu dahulunya menguasai hingga tiga negara saat ini yaitu dari Indonesia, Malaysia, Singapura, bahkan hingga ke Brunei Darussalam.

"Potensi sejarah ini yang harus kita maksimalkan dan jelaskan pada turis-turis dari negara tersebut, bahwa sebenarnya leluhur mereka sebenarnya berasal dari sini,” ujar Bahtiar saat melakukan Ziarah ke Makam Daeng Celak dan Daeng Marewa di Sei Carang, Kota Tanjung Pinang, Sabtu.

Untuk merubah wajah Kepri menjadi wisata religi kelas internasional, kata Bahtiar, banyak yang harus dilakukan, baik oleh Pemprov Kepri maupun Pemkot Tanjung Pinang maupun dengan kabupaten/kota lain yang masih memiliki jejak peninggalan Kerajaan Melayu terdahulu, seperti yang terdapat di Pulau Penyengat, Kota Tanjung Pinang, dan Pulau Daik, Kabupaten Lingga.

“Kita harus perbaiki akses jalan agar lebih baik. Makam juga harus dipugar kembali, kalau bisa di sekitar makam dibuat pelataran dan pendopo yang luas agar para penziarah yang datang bisa nyaman. Lebih baik lagi sediakan tempat salat wisman, dan bahkan tempat menginap sementara mereka. Intinya buat para penziarah nyaman,” jelasnya.

Bahtiar mencontohkan makam-makam tokoh dan raja di Pulau Jawa, seperti makam para wali maupun makam para raja dibuat nyaman sehingga penziarah bisa berlama-lama, bukan hanya satu hari bahkan satu minggu.

"Ada baiknya kita studi banding ke sana nantinya untuk mempelajari cara pengelolannya," ungkap Bahtiar.

Menurut Bahtiar, jika hal ini bisa diwujudkan maka banyak sekali manfaat yang bisa diterima oleh masyarakat Kepri, salah satunya adalah perbaikan perekonomian karena akan banyak wisatawan yang berkunjung baik dalam dan luar negeri.

“Wisata religi ini jika terwujud maka akan banyak dampak positifnya. Masyarakat bisa berjualan di sekitaran makam, produk-produk UKM lokal juga bisa dipasarkan, tempat penginapan pun semakin terisi tingkat huniannya," imbuh Bahtiar.

Ia menilai potensi tersebut luar biasa, apalagi Kepri berbatasan langsung dengan negara Malaysia dan Singapura. "Tentu ini bisa jadi magnet buat menarik kunjungan wisatawan asing," tuturnya.