Artikel - Meramu Semangat 'Habaring Hurung' dan Kemanunggalan TNI di Tanah Dayak

id Meramu Semangat 'Habaring Hurung' dan Kemanunggalan TNI di Tanah Dayak, TMMD, kemanunggalan TNI, kodim 1015/Spt, Sampit, Kotim, Kotawaringin Timur

Artikel - Meramu Semangat 'Habaring Hurung' dan Kemanunggalan TNI di Tanah Dayak

Satgas TMMD Reguler ke-109 menurunkan papan ulin yang digunakan untuk perbaikan jembatan. Material diangkut melalui anak sungai karena terbatasnya akses jalan darat di Kecamatan Pulau Hanaut. ANTARA/HO-Kodim 1015/Spt

Sampit (ANTARA) - Prada Marhadi dengan cekatan menyambut papan ulin yang diturunkan dari perahu kecil warga. Sambil menahan dingin karena sudah terlalu lama berendam di anak sungai, dia kemudian menggeser papan berat itu di dalam air hingga diraih beberapa rekannya yang sudah menunggu berjejer hingga ke bawah jembatan.

Sesekali matanya menatap waspada ke sekelilingnya. Maklum, selain harus menahan dingin, Marhadi dan rekan-rekannya harus mewaspadai kemunculan buaya ganas yang masih banyak berkeliaran di wilayah itu.

Begitulah situasi ketika anggota Kodim 1015 Sampit  bersama warga saat memperbaiki tiga jembatan yang berada di jalan lintas Desa Bapinang Hilir dan Babirah Kecamatan Pulau Hanaut Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah.

Kecamatan Pulau Hanaut dipilih menjadi lokasi kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-109 yang dilaksanakan Kodim 1015/Spt mulai 22 September hingga 21 Oktober 2020. Sasaran fisik kegiatan ini berupa perbaikan tiga jembatan dan satu mushalla serta pembangunan pos terpadu yang berlokasi di Desa Bapinang Hilir, Babirah dan Bapinang Hulu.

Kecamatan dengan luas 620 kilometer persegi atau sekitar 62.000 hektare terdiri 14 desa ini masih terisolasi jalan darat dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur. Kecamatan yang dihuni 9.696 jiwa berada di pesisir ini, berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan langsung menghadap ke Laut Jawa.

Jaraknya 47 kilometer dari pusat kota, namun untuk mencapai kecamatan ini diperlukan waktu lebih dari 1,5 jam. Untuk mencapai kecamatan ini, perjalanan dari Sampit melalui jalan darat menuju Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, kemudian dilanjutkan menggunakan perahu bermesin atau kelotok menyeberangi Sungai Mentaya karena kecamatan ini berada di kawasan seberang.

Infrastrukturnya juga masih sangat terbatas, sehingga masyarakat harus mengandalkan transportasi air. Bahkan infrastruktur seperti jembatan yang ada, rata-rata sudah berusia tua dan kondisinya rusak.

Seperti tiga jembatan yang diperbaiki melalui TMMD ini yaitu jembatan Handil Gayam berukuran panjang 15,30 meter dan lebar 3,80 meter dan jembatan Handil Samsu berukuran panjang 42 meter dan lebar 3,80 meter di Desa Bapinang Hilir serta jembatan Sei Babirah berukuran panjang 42 meter dan lebar 3,80 meter Desa Babirah, merupakan jembatan yang dibangun sekitar 30 tahun silam sehingga kondisinya rusak.

Keterbatasan keuangan pemerintah dan lokasinya yang terisolasi, membuat jembatan-jembatan itu belum tersentuh perbaikan. Tidak berlebihan jika masyarakat sangat gembira ketika mengetahui desa mereka dipilih menjadi sasaran kegiatan TMMD Reguler ke-109.

"Kami selaku pemerintah kecamatan dan masyarakat kami sangat bersyukur karena melalui TMMD Reguler ke-109 ini, sarana vital yang dibutuhkan masyarakat kami bisa diperbaiki. Keberadaan tiga jembatan itu sangat penting karena menyangkut kegiatan ekonomi masyarakat," kata Camat Pulau Hanaut, H Eddy Mashami di Sampit, Sabtu.

Kondisi itulah yang menjadi pertimbangan Komandan Kodim 1015/Spt Letkol Czi Akhmad Safari bersama jajarannya mengusulkan tiga desa itu menjadi lokasi TMMD Reguler ke-109. Selain faktor kenyamanan, juga ada faktor keamanan yang harus diutamakan karena jika tidak segera diperbaiki maka kerusakan tiga jembatan itu bisa mengancam keselamatan masyarakat.

Namun melaksanakan kegiatan sasaran fisik TMMD di tiga desa tersebut ternyata bukan perkara mudah. Material seperti kayu ulin, papan, pasir, batu koral, semen, seng dan lainnya, harus didatangkan dari desa, bahkan kecamatan lain.

Perlu perjuangan berat untuk membawa material sampai ke lokasi. Material harus diangkut menggunakan kapal untuk menyeberangi Sungai Mentaya yang lebarnya sekitar 1,2 kilometer.

Sampai di dermaga, Satuan Tugas TMMD bersama warga harus mengangkat material ke darat. Selanjutnya, material diangkut menggunakan gerobak yang ditarik sepeda motor menuju lokasi kegiatan. Maklum, belum ada mobil di kecamatan yang dihuni warga beragam suku dan agama ini.

Untuk lokasi yang cukup jauh, material dipindah ke sampan kecil bermesin atau disebut ces, agar bisa masuk ke anak-anak sungai kecil hingga ke lokasi jembatan yang diperbaiki.

Untuk membongkar material di sungai, personel harus berhati-hati karena Kecamatan Pulau Hanaut merupakan habitat buaya muara dan sudah sering terjadi serangan buaya terhadap warga. Kewaspadaan bukan ingin membinasakan satwa liar itu, tetapi agar keselamatan personel Satgas TMMD dan warga tetap terjaga.

"Kondisi geografis berupa lebar dan derasnya arus Sungai Mentaya memang juga cukup menjadi kendala. Saya bersyukur karena semua bisa kami atasi dengan baik berkat koordinasi yang baik dengan semua pihak dan dukungan masyarakat," kata Akhmad Safari.

Ditetapkannya Desa Bapinang Hilir, Babirah dan Bapinang Hulu sebagai lokasi TMMD Reguler ke-109, bukan tanpa alasan. Jauh-jauh hari, tim Kodim 1015/Spt sudah melakukan survei kondisi ketiga desa tersebut dan menyerap aspirasi masyarakat setempat.

Keterisolasian dan terbatasnya infrastruktur menjadi alasan hingga diputuskan TMMD Reguler ke-109 dilaksanakan dengan sasaran ketiga desa ini. Selain demi kelancaran aktivitas dan ekonomi, pengerjaan sasaran fisik juga demi keamanan masyarakat karena kerusakan jembatan dinilai sudah mengancam keselamatan.

Asisten Latihan Kepala Staf Angkatan Darat Mayjen TNI Harianto saat meninjau lokasi pelaksanaan TMMD, menyampaikan apresiasinya kepada Satuan Tugas TMMD. Menurutnya, sudah sangat tepat ketiga desa itu dijadikan lokasi pelaksanaan TMMD Reguler ke-109.

"Selain lokasi desa yang memang terisolasi, kondisi infrastrukturnya juga masih minim dan banyak rusak. Desa-desa seperti yang harus kita prioritaskan untuk dibantu karena masyarakatnya sangat membutuhkan bantuan," kata Harianto.

Dia optimistis kehadiran TMMD Reguler ke-109 di Kecamatan Pulau Hanaut bisa membawa dampak besar bagi seluruh masyarakat. Jembatan yang diperbaiki diharapkan bisa memperlancar kegiatan ekonomi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Personel TNI dan warga bergotong-royong mendirikan tiang Jembatan Handil Samsu yang merupakan salah satu sasaran fisik TMMD Reguler ke-109 di Kecamatan Pulau Hanaut. ANTARA/HO-Kodim 1015/Spt


Semangat Habaring Hurung

Kehadiran 125 prajurit TNI dari Kodim 1015/Spt yang tergabung dalam Satuan Tugas TMMD Reguler ke-109 disambut hangat dengan tangan terbuka oleh masyarakat Kecamatan Pulau Hanaut, khususnya di Desa Bapinang Hilir, Babirah dan Bapinang Hulu yang menjadi lokasi kegiatan.

Masyarakat sangat gembira karena kegiatan TMMD membawa kemajuan besar bagi desa mereka yang masih minim infrastruktur. Dampaknya sangat jelas, yakni aktivitas perekonomian menjadi lancar sehingga pedagang, petani dan nelayan setempat bisa meningkatkan usaha mereka.

Tidak berlebihan jika masyarakat dengan senang hati membantu setiap kegiatan dalam TMMD. Terlebih, pembawaan anggota TNI yang merakyat, membuat mereka dengan mudah diterima masyarakat, bak anggota keluarga sendiri.

Metode pelaksanaan TMMD yang mengusung semangat gotong-royong, juga sangat sejalan dengan semboyan hidup masyarakat Dayak di Kabupaten Kotawaringin Timur yakni "habaring hurung" yang juga bermakna gotong-royong.

Semboyan yang juga dijadikan sebagai motto Kabupaten Kotawaringin Timur itu masih melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terlebih di perdesaan. Semangat ini menjadi komplit ketika dipadukan dengan semangat kemanunggalan TNI bersama rakyat.

Alpiandi, tokoh adat di Kecamatan Pulau Hanaut mengatakan, TMMD sangat sejalan dengan nilai-nilai luhur yang selama ini dipegang teguh masyarakat Suku Dayak yakni budaya "huma betang" dan semangat "habaring hurung".

Budaya "betang" atau disebut juga "huma betang" merupakan simbol keterbukaan masyarakat Suku Dayak menerima siapapun pendatang yang ingin tinggal hidup rukun berdampingan dengan menghargai kearifan lokal.

Betang merupakan rumah panggung berukuran besar khas Suku Dayak. Dalam rumah yang kokoh terbuat dari kayu ulin dan bisa terdapat puluhan kamar itu, dulunya masyarakat Suku Dayak menerima pendatang untuk tinggal bersama mereka dengan damai, tanpa mempermasalahkan perbedaan suku, agama dan ras.

Budaya "huma betang" semakin lengkap dengan semangat "habaring hurung" yang menggambarkan pembauran dan kebersamaan yang kuat dan kokoh dalam melaksanakan sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

"Pola yang diterapkan dalam TMMD ini sama seperti semangat "habaring hurung" yang ditanamkan dalam kehidupan masyarakat Dayak, khususnya di Kotawaringin Timur. Dengan kita bergotong-royong, apapun itu akan bisa kita hadapi dan selesaikan dengan mudah," kata Alpiandi.

Kearifan lokal inilah yang kini membuat program TMMD bisa dengan mudah diterima dan didukung penuh masyarakat. Ditambah dengan kemanunggalan TNI bersama rakyat, semua menjadi lengkap dan menjadi sebuah kekuatan besar.

Prajurit TNI bahu-membahu bersama masyarakat Kecamatan Pulau Hanaut dalam mengerjakan setiap sasaran fisik maupun nonfisik dalam TMMD. Pekerjaan berat seperti perbaikan jembatan yang biasanya dikerjakan dengan biaya mahal menggunakan jasa kontraktor, kini bisa dikerjakan bersama oleh TNI dan masyarakat dalam waktu relatif singkat, hemat biaya dan kualitas yang bagus pula.

Kekuatan semangat "habaring hurung" dan kemanunggalan TNI bersama rakyat tersebut terbukti. Semua sasaran, khususnya sasaran fisik berupa perbaikan tiga jembatan dan satu mushalla serta pembangunan pos terpadu, bisa diselesaikan lebih cepat sebelum TMMD berakhir.

Suaji (54) warga Desa Bapinang Hilir yang dengan ikhlas memberikan kopi kepada Satgas TMMD Reguler ke-109, sebagai bentuk ucapan terima kasih dan bangganya karena desanya menjadi salah satu lokasi kegiatan TMMD. ANTARA/HO-Kodim 1015/Spt


Memacu Perekonomian Masyarakat

Seperti daerah pesisir pada umumnya, Kecamatan Pulau Hanaut didominasi warga berprofesi sebagai nelayan yakni sekitar 55 persen, sedangkan sisanya berprofesi sebagai pedagang, peternak, petani dan pegawai pemerintah.

Infrastruktur menjadi kebutuhan mutlak bagi masyarakat setempat, baik untuk menuju tempat kerja maupun mengangkut hasil tangkapan atau panen. Namun terbatasnya infrastruktur jalan dan jembatan, ditambah kerusakan yang terjadi, cukup menjadi kendala bagi aktivitas masyarakat selama ini.

Kini dengan diperbaikinya tiga jembatan yang menghubungkan Desa Bapinang Hilir, Babirah dan Bapinang Hulu, aktivitas ekonomi masyarakat semakin lancar. Dampaknya, kegiatan ekonomi juga semakin meningkat karena warga bisa meningkatkan kapasitas angkutan mereka.

Secara tidak langsung, hasil TMMD Reguler ke-109 turut memacu peningkatan perekonomian masyarakat yang juga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan.

"Dampak positif itulah yang menjadi tujuan akhir yang diharapkan pemerintah daerah. TMMD turut berkontribusi terhadap upaya kita bersama dalam membangun desa terpencil dan terisolasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya," kata Bupati Kotawaringin Timur, Supian Hadi.

Mewakil pemerintah daerah dan masyarakatnya, Supian menyampaikan terima kasih dan rasa bangganya kepada TNI yang telah menunjukkan bukti nyata kecintaan terhadap rakyat dan bangsa melalui TMMD.

Supian Hadi mendukung TMMD dilaksanakan berkelanjutan karena manfaatnya sangat besar bagi masyarakat. Selain itu, masih banyak desa terpencil maupun terisolasi yang memerlukan sentuhan pembangunan, termasuk melalui kegiatan TMMD. Kemanunggalan TNI melalui TMMD juga membuat TNI semakin dicintai oleh rakyat.

Baca juga: Pemkab Kotim apresiasi TMMD bantu percepatan pembangunan desa terisolasi

Baca juga: Dandim Sampit ajak PWI terus edukasi masyarakat cegah COVID-19

Baca juga: Ancaman karhutla dan banjir jadi kewaspadaan Kodim Sampit