Akibat pasien tak jujur, banyak paramedis terpapar COVID
Suka Makmue (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, Ika Suhannas menegaskan penyebab banyaknya paramedis di Aceh yang terpapar virus corona (COVID-19) akibat banyaknya pasien tidak jujur saat berobat di rumah sakit atau pusat layanan kesehatan masyarakat.
“Akibat warga yang tidak jujur, justru menyebabkan banyaknya kasus paramedis yang terinfeksi COVID-19 di Aceh, termasuk di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh,” kata Ika Suhannas di Suka Makmue, Senin.
Bentuk ketidakjujuran masyarakat tersebut yakni diduga berbohong setelah kembali dari luar daerah atau zona merah/zona hitam sebaran COVID-19, atau diduga telah terinfeksi gejala COVID-19 namun tidak menjelaskan kondisi kesehatan yang sebenarnya ketika berobat.
Akibat persoalan tersebut, paramedis yang akan menangani pasien justru harus terpapar penyakit berbahaya dan mematikan tersebut.
Untuk itu, pihaknya berharap agar masyarakat yang akan berobat di pusat layanan kesehatan agar jujur ketika ditanyai oleh petugas medis, sehingga pengobatan kepada pasien bisa lebih mudah dilakukan untuk mendapatkan perawatan medis secara tepat.
Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mencatat bahwa sekitar 200 orang tenaga medis di Aceh sepanjang tahun 2020 telah terkonfirmasi positif COVID-19.
"Banyak tenaga kesehatan yang sudah terkena, bahkan mencapai 10 persen dari angka positif kita itu adalah tenaga medis, sudah mendekati 200 orang," kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman, di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, IDI Aceh telah mencatat sekitar 200 orang tenaga medis yang positif terpapar, baik dari kalangan dokter, perawat, dan bidan.
Menurut Safrizal, mayoritas paramedis yang terinfeksi tidak memiliki gejala atau asimtomatik, sehingga hanya membutuhkan waktu untuk isolasi mandiri. Hanya sedikit yang memiliki gejala sehingga harus dirawat di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU), katanya menegaskan.
“Akibat warga yang tidak jujur, justru menyebabkan banyaknya kasus paramedis yang terinfeksi COVID-19 di Aceh, termasuk di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh,” kata Ika Suhannas di Suka Makmue, Senin.
Bentuk ketidakjujuran masyarakat tersebut yakni diduga berbohong setelah kembali dari luar daerah atau zona merah/zona hitam sebaran COVID-19, atau diduga telah terinfeksi gejala COVID-19 namun tidak menjelaskan kondisi kesehatan yang sebenarnya ketika berobat.
Akibat persoalan tersebut, paramedis yang akan menangani pasien justru harus terpapar penyakit berbahaya dan mematikan tersebut.
Untuk itu, pihaknya berharap agar masyarakat yang akan berobat di pusat layanan kesehatan agar jujur ketika ditanyai oleh petugas medis, sehingga pengobatan kepada pasien bisa lebih mudah dilakukan untuk mendapatkan perawatan medis secara tepat.
Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh mencatat bahwa sekitar 200 orang tenaga medis di Aceh sepanjang tahun 2020 telah terkonfirmasi positif COVID-19.
"Banyak tenaga kesehatan yang sudah terkena, bahkan mencapai 10 persen dari angka positif kita itu adalah tenaga medis, sudah mendekati 200 orang," kata Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman, di Banda Aceh, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, IDI Aceh telah mencatat sekitar 200 orang tenaga medis yang positif terpapar, baik dari kalangan dokter, perawat, dan bidan.
Menurut Safrizal, mayoritas paramedis yang terinfeksi tidak memiliki gejala atau asimtomatik, sehingga hanya membutuhkan waktu untuk isolasi mandiri. Hanya sedikit yang memiliki gejala sehingga harus dirawat di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU), katanya menegaskan.