Legislator Kalteng minta Dinas Pertanian bantu petani atasi hama cabai

id DPRD Kalimantan Tengah,Kalimantan Tengah,HM Sriosako,DPRD Kalteng,petani cabai di Kalimantan Tengah,cabai di Kalteng,gagal panen cabai di Kalteng,hama

Legislator Kalteng minta Dinas Pertanian bantu petani atasi hama cabai

Ilustrasi : Tanaman Cabai yang busuk diserang hama (Antarasumsel.com/Ist)

Palangka Raya (ANTARA) - Legislator Kalimantan Tengah HM Sriosako mengaku ada bertemu dan menerima keluhan dari para petani cabai di Kota Palangka Raya dan Kabupaten Katingan, terkait hama atau penyakit cacar tanaman cabai.

Hama itu membuat banyak petani di dua wilayah itu mengalami gagal panen dan berdampak pada mahalnya harga cabai di pasaran, kata Sriosako di Palangka Raya, Kemarin.

"Kondisi ini harus mendapat perhatian dari pemerintah daerah, khususnya Dinas Pertanian yang membidanginya. Bantu petani cara mengatasi hama cacar cabai itu," tambahnya.

Berdasarkan informasi yang diterima anggota DPRD Kalteng itu, hama cacar itu nyaris setiap tahun menyerang tanaman cabai para petani. Di mana hama itu membuat buah cabai membusuk di pohon, sehingga yang bisa dipanen hanya sedikit.

Sriosako mengatakan para petani cabai terkadang harus mengalami kerugian akibat sulitnya mengatasi hama tersebut. Padahal sudah berbagai upaya dilakukan, termasuk membeli obat yang dianggap mampu mencegah dan menanggulangi hama cacar cabai itu.

"Kalau masalah ini tidak mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah, saya khawatir banyak petani yang tidak mau lagi menanam cabai. Jika itu terjadi, harga cabai di Kalteng bakal semakin mahal," kata dia.

Wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan I meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Gunung Mas itu menyebut, sampai sekarang informasinya kebutuhan cabai di provinsi ini masih tergantung dengan Banjarmasin maupun Pulau Jawa.

Dia mengatakan apabila ketergantungan tersebut dibiarkan dan tidak ada upaya mendorong dan membantu petani menanam cabai, dampaknya akan membuat harga cabai di provinsi ini akan melambung tinggi.

"Sekarang saja harganya sudah relatif tinggi. Kalau itu dibiarkan terus menerus, masyarakat kita yang justru kesulitan dan harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk mendapatkan cabai," demikian Sriosako.