Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah onkologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Sonar Soni Panigoro, mengatakan bahwa pasien kanker payudara boleh mencoba pengobatan alternatif, termasuk jamu-jamuan, namun ada jangka waktu maksimalnya.
"Kalau mau coba (pengobatan alternatif) jangan lewat dari satu bulan. Tolong ada batasnya kalo mau mencoba. Begitu tidak ada efek, pindah saja (ke pengobatan medis)," kata dia dalam diskusi bersama media secara virtual, Sabtu.
Walaupun membolehkan, menurut Sonar, hampir seluruh pasiennya tidak mendapatkan hasil positif usai mencoba pengobatan alternatif. Mereka justru berakhir dengan stadium kanker lanjut.
Pengobatan kanker secara medis pada prinsipnya akan lebih baik dilakukan pada stadium sedini mungkin sesuai tipe kanker. Penundaan pengobatan, misalnya karena mau terlebih dulu menggunakan cara alternatif, bisa berisiko menyebabkan sel kanker semakin berkembang.
"Semakin menunda pengobatan, pasti sel kanker akan semakin berkembang. Secara umum, pasien sekitar 70 persen datang dalam keadaan lanjut. Dari beberapa studi para pasien yang terlambat datang itu minimal separuhnya karena dia mencoba dulu pengobatan alternatif. Tidak ada satu pun yang menunjukkan hasil, mau itu jamu, herbal, (perangkat kesehatan) jaket," kata Sonar.
Pengobatan alternatif yang pasien pilih antara lain karena dianggap tidak banyak efek samping dan tak semenakutkan ketimbang operasi yang menimbulkan bekas luka, kemoterapi yang menyebabkan kebotakan atau radiasi yang bisa membuat kulit pasien lebih gelap.
Di sisi lain, pengetahuan pasien mengenai perkembangan penyakit juga menjadi sorotan masih menjadi pilihannya pengobatan alternatif.
Pada kasus kanker payudara misalnya, pengobat alternatif bisa saja memberikan sugesti pasien bahwa tumor yang ada dalam tubuhnya mengeras dan ini pertanda baik. Padahal, sebenarnya justru kabar buruk bagi pasien karena tumor ganas bertambah besar atau berkembang.
"Kami saja yang di kedokteran yang jelas punya puluhan tahun studi masih banyak kegagalan yang kita temukan dalam pengobatan. Tidak semua pengobatan berhasil. Kanker payudara kalau pengobatan dilakukan lengkap maksimal 75 persen tertangani. 25 persen tidak berhasil karena obat tidak mempan," tutur Sonar.
Dia mengingatkan, apabila Anda mencurigai ada benjolan di payudara yang bisa saja kanker segeralah berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan medis dan pengobatannya.
Umumnya, apabila dokter mencurigai benjolan ternyata kanker, maka Anda disarankan melakukan biopsi. Apabila memang kanker, maka pengobatan akan ditentukan dan umumnya pembedahan, setelahnya terapi tambahan antara lain penyinaran, kemoterapi, hormonal atau terapi target.
Bila kanker terlanjur ditemukan pada stadium lanjut, misalnya kanker menyebar ke organ tubuh lain, maka dokter akan memberikan terapi palitiaf untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.
Baca juga: Psikiater dan psikolog tawarkan terapi kognitif dalam pengobatan pasien COVID
Baca juga: PMI daerah diminta produksi plasma konvalesen untuk pengobatan COVID-19
Baca juga: Benarkan krim pelembab bantu atasi pengobatan kanker pada kulit?
Berita Terkait
Kemenkes libatkan farmasi swasta kembangkan skrining kanker serviks
Jumat, 29 November 2024 13:36 Wib
Perokok aktif di atas 45 tahun wajib skrining cegah kanker paru
Jumat, 29 November 2024 13:24 Wib
Ini alasan pasien kanker usia lanjut tidak dianjurkan lakukan kemoterapi
Selasa, 22 Oktober 2024 15:19 Wib
Pemberian ASI bantu kurangi risiko kanker payudara
Kamis, 17 Oktober 2024 11:42 Wib
Awas! Gejala kanker payudara seringkali tidak terasa pada wanita
Minggu, 13 Oktober 2024 11:47 Wib
Ketahui metastasis kanker payudara Her2-Low
Minggu, 22 September 2024 15:24 Wib
IDI rilis 19 minuman mengandung Aspartam sebabkan kanker otak hoaks!
Kamis, 22 Agustus 2024 13:18 Wib
Ini gejala kanker paru yang perlu diwaspadai dan perlu deteksi dini
Rabu, 14 Agustus 2024 16:44 Wib