Jakarta (ANTARA) - Para pemimpin serta perwakilan negara-negara ASEAN mengikuti ASEAN Leaders' Meeting (ALM) untuk membahas dan mencari solusi bagi rakyat Myanmar.
ALM tersebut digelar di gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu, yang terselenggara atas undangan Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, selaku Ketua ASEAN serta diiniasi oleh Indonesia.
Selain dihadiri oleh Sultan Hassanal Bolkiah dan Presiden Joko Widodo, sejumlah pemimpin dan perwakilan negara-negara ASEAN hadir dalam pertemuan tersebut.
Mereka adalah Perdana Menteri Vietnam Phm Minh Chính, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Selanjutnya Menteri Luar Negeri Filipina sebagai Utusan Khusus Filipina Teodoro L. Locsin Jr., Menteri Luar Negeri Thailand sebagai Utusan Khusus Thailand Don Pramudwinai, Menteri Luar Negeri Laos sebagai Utusan Khusus Laos Saleumxay Kommasith, juga Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing.
Penyelenggaraan ASEAN Leaders' Meeting tersebut diharapkan dapat mencapai kesepakatan mengenai langkah-langkah yang baik bagi rakyat Myanmar dan membantu Myanmar untuk dapat keluar dari situasi saat ini.
Selain itu, para pemimpin atau perwakilan negara-negara ASEAN juga memiliki tekad yang sama untuk bersama berbagi pandangan demi kepentingan rakyat Myanmar.
Pertemuan ALM tersebut terdiri atas tiga segmen, yakni pembangunan masyarakat ASEAN, hubungan eksternal ASEAN, dan isu-isu regional dan internasional.
ALM menjadi pertemuan langsung secara fisik pertama yang dihadiri para pemimpin dan perwakilan anggota ASEAN selama masa pandemi COVID-19 sehingga dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Para delegasi juga telah menjalani PCR swab test dan penapisan kesehatan sebelum meninggalkan Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Sekretariat ASEAN.
Seperti diketahui, Myanmar telah berada dalam krisis sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih yang dipimpin Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021. Unjuk rasa hampir setiap hari dilakukan massa yang menentang kuota sedangkan pihak militer juga terus melakukan tindakan keras yang menyebabkan tewasnya ratusan orang.
ASEAN telah mencoba untuk membantu Myanmar keluar dari kekacauan berdarah yang dipicu oleh kudeta, tetapi prinsip konsensus dan non intervensi kelompok 10 negara tersebut membatasi ASEAN menanggapi pembunuhan ratusan warga sipil yang dilakukan oleh militer.